PERDARAHAN PASCA PERSALINAN
- Perdarahan pasca persalinan PRIMER
- Perdarahan
> 500 ml yang terjadi dalam waktu 24 jam pasca persalinan
- Perdarahan pasca persalinan SEKUNDER
- Perdarahan
abnormal yang terjadi setelah 24 jam pasca persalinan sampai berakhirnya
masa nifas.
PERDARAHAN
PASCA PERSALINAN PRIMER :
Perdarahan
pasca persalinan primer adalah perdarahan lebih dari 500 ml dalam waktu 24 jam
pertama pasca persalinan.
Etiologi :
- Atonia uteri dan
- Sisa plasenta ( 80%)
- Laserasi jalan lahir (20% )
- Gangguan faal pembekuan darah
pasca solusio plasenta
Faktor
resiko :
- Partus lama
- Overdistensi uterus (
hidramnion , kehamilan kembar, makrosomia )
- Perdarahan antepartum
- Pasca induksi oksitosin atau
MgSO4
- Korioamnionitis
- Mioma uteri
- Anaesthesia
Diagnosis :
Jumlah
perdarahan pasca persalinan yang sesunguhnya sulit ditentukan oleh karena
sering bercampur dengan cairan amnion, tercecer, diserap bersama dengan kain
dan lain sebagainya.
Perdarahan
pervaginam yang profuse dapat terjadi sebelum plasenta lahir atau segera
setelah ekspulsi plasenta.
Perdarahan
dapat terjadi secara profus dalam waktu singkat atau sedikit sedikit diselingi
dengan kontraksi uterus.
PENATALAKSANAAN
:
A. Perdarahan
kala III ( plasenta belum lahir )
Masase
fundus uterus untuk memicu kontraksi uterus disertai dengan tarikan talipusat
terkendali. Bila perdarahan terus terjadi meskipun uterus telah berkontraksi
dengan baik, periksa kemungkinan laserasi jalan lahir atau ruptura uteri
Bila
plasenta belum dapat dilahirkan , lakukan plasenta manuil
Bila setelah
dilahirkan terlihat tidak lengkap maka harus dilakukan eksplorasi cavum uteri
atau kuretase
B.
Perdarahan pasca persalinan primer ( true HPP )
- Periksa apakah plasenta lengkap
- Masase fundus uteri
- Pasang infuse RL dan berikan
uterotonik ( oksitosin , methergin atau misoprostol )
- Bila perdarahan > 1 L
pertimbangkan tranfusi
- Periksa faktor pembekuan darah
- Bila kontraksi uterus baik dan
perdarahan terus terjadi , periksa kembali kemungkinan adanya laserasi
jalan lahir
- Bila perdarahan terus
berlangsung , lakukan kompresi bimanual
- Bila perdarahan terus
berlangsung , pertimbangkan ligasi arteri hipogastrika
PERDARAHAN
PASCA PERSALINAN SEKUNDER
Etiologi utama
adalah :
- Proses reepitelialisasi
‘plasental site’ yang buruk ( 80% )
- Sisa konsepsi atau gumpalan
darah
Bila dengan
pemeriksaan ultrasonografi dapat diidentifikasi adanya masa intra uterin (sisa
konsepsi atau gumpalan darah ) maka harus dilakukan evakuasi uterus
Terapi awal
:
- Memasang cairan infuse dan
- Memberikan uterotonika
(methergin 0.5 mg intramuskular)
- Antipiretika dan Antibiotika
(bila ada tanda infeksi)
- Kuretase hanya dilakukan bila
ada sisa konsepsi
INFEKSI MASA
NIFAS
FEBRIS
PUERPERALIS adalah meningkatnya suhu tubuh diatas 380 C
selama 24 jam yang terjadi setelah hari pertama sampai hari ke 10 pasca
persalinan atau abortus.
Infeksi
dapat bersifat genital atau non – genital
Etiologi :
INFEKSI
GENITAL
- Patogen
potensial yang berada dalam vagina secara normal :
- Streptococcus
anerobik
- Basil
gram negatif anerobik
- Streptococcus
hemolyticus (selain group A)
- Bakteri
yang berasal dari organ visera sekitar :
- E
Coli
- Clostridium
Welchii
- Bakteri
yang berasal dari organ yang jauh :
- Stafilokok
- Streptokus
Hemolitikus Grup A
- Mycoplasma
hominis
INFEKSI NON
– GENITAL :
1. Infeksi
traktus urinarius : E Coli
2. Infeksi
mamme : stafilikok
LOKASI dan
PENYEBARAN INFEKSI
Sebagian
besar infeksi nifas yang berasal dari traktus genitalis merupakan infeksi
ascending dari vagina atau servik dan mengadakan infeksi pada lokasi plasenta.
Penyebaran selanjutnya dari tempat ini dapat terus keatas mengenai tuba falopii
– parametrium sehingga menyebabkan pelvio peritonitis.
DIAGNOSIS
- Pemeriksaan payudara : mastitis
- Pemeriksaan urine : bakteriuria
- Palpasi abdomen : nyeri abdomen
- Inspeksi genitalia : infeksi
luka jalan lahir
- Hapusan vagina : pemeriksaan
bakteriologi
TERAPI :
- Rawat di RS
- Antibiotika spektrum luas yang
tepat
- Metronidazole 3 x 500 mg selama
5 hari
TROMBOEMBOLI
Trombosis
vena dapat terjadi selama kehamilan atau sering terjadi pada masa nifas antara
hari ke 5 – 15.
Perawatan
obstetri yang baik dan ambulasi dini dapat menurunkan kejadian penyakit
tromboemboli.
Proses
trombosis selalu berawal dari vena profunda tungkai bawah namun dapat pula
menjalar keatas menuju vena femoralis atau vena vena dalam panggul. Situasi ini
sering menyebabkan terjadinya emboli paru
DIAGNOSIS
DVT – DEEP VEIN THROMBOSIS
Tanda klinik
adalah terjadinya demam ringan, kenaikan frekuensi nadi dan rasa lesu.
Tanda klinik
tak dapat memberi informasi mengenai progresivisitas penyakit.
Konfirmasi
diagnosis adanag dengan menggunakan”colour – enhanced Doppler imaging “ pada
vena tibialis dan femoralis.
Diagnosis
emboli paru :
- Dispneoe
- Nyeri dada
- Sianosis
- Krepitasi pada auskultasi paru
Terapi DVT :
- Heparin infus ( 20.000 dalam
500 PZ denga kecepatan 25 ml / jam untuk mencapai dosis 25.000 IU per hari
) selama 5 hari dan dipantau dengan pemeriksaan APTT. Active partial
tromboplastin time
- Tirah baring dengan tungkai di
elevasi selama heparinisasi
Terapi
Emboli Paru :
- Heparin bolus 25.000 IU intra
vena dan diikuti dengan pemberian per infus seperti ada kasus DVT
MASALAH PSIKIATRI
PASCA PERSALINAN
- Third Days Blues”
- Depresi pasca persalinan
- Psikosis pasca persalinan
“third days
blues”
50 – 70%
terjadi instabilitas emosional pada ibu pasca persalinan dengan penyebab yang
tidak jelas.
Gejala
berawal antara hari ke 3 – 5 pasca persalinan.
Instabiltas
emosional dapat berlangsung kurang dari 1 minggu namun ada kasus yang dapat terjadi
sampai berbulan-bulan
DEPRESI
PASCA PERSALINAN
8 – 12%
wanita pasca persalinan akan menampakkan tanda – tanda depressi dalam 5 bulan
pertama pasca persalinan.
Resiko
tinggi mengalami kejadian ini :
- Ibu berusia < 16 tahun
- Riwayat keluarga dengan depresi
atau pernah menderita depresi
- Depresi pada masa hamil
- Masalah hubungan keluarga pada
masa remaja
- Tidak ada dukungan dari
pasangan selama kehamilan , persalinan
- Merawat bayi sendirian tanpa
keluarga atau teman
- Pengalaman negatif saat
berhubungan dengan tenaga kesehatan selama kehamilan
- Riwayat komplikasi kehamilan
PSIKOSIS
PASCA PERSALINAN
1 – 3%
wanita mengalami kejadian psikosis pasca persalinan dalam bentuk panik atau
depresi namun ada juga
yang diselingi dengan episode skisofrenik
Gangguan ini
dapat terjadi secara mendadak pada hari 5 – 15 pasca persalinan. Pada awalnya
pasien merasa bingung , cemas, tidak dapat tidur dan sedih. Delusi ( merasa
bahwa anaknya mengalami sesuatu yang berbahaya ) atau halusinasi terjadi dengan
cepat.
Pasien harus
segera memperoleh perawatan secara profesional.
Sumber
http://reproduksiumj.blogspot.com/2009/09/patologi-masa-nifas.html
TANDA-TANDA BAHAYA KALA NIFAS
Infeksi Masa Nifas
Setelah persalinan
terjadi beberapa perubahan penting diantaranya makin meningkatnya pembentukkan
urin untuk mengurangi hemodilusi darah, terjadi penyerapan beberapa bahan
tertentu melalui pembuluh darah vena sehingga terjadi peningkatan suhu badan
sekitar 0,5 oC yang bukan merupakan keadaan patologis atau
menyimpang pada hari pertama. Perlukaan karena persalinan merupakan tempat
masuknya kuman kedalam tubuh, sehingga menimbulkan infeksi pada kala nifas.
Infeksi kala nifas adalah infeksi peradangan pada semua alat genitalia pada
masa nifas oleh sebab apapun dengan ketentuan meningkatnya suhu badan melebihi
38 oC tanpa menghitung hari pertama dan berturut-turut selama
dua hari.
Gambaran klinis infeksi
umum dapat dalam bentuk :
1. Infeksi Lokal
1. Pembengkakan
luka episiotomi.
2. Terjadi
penanahan.
3. Perubahan warna
lokal.
4. Pengeluaran lochia bercampur
nanah.
5. Mobilisasi
terbatas karena rasa nyeri.
6. Temperatur badan
dapat meningkat.
2. Infeksi General
1. Tampak sakit dan
lemah.
2. Temperatur meningkat
diatas 39 oC.
3. Tekanan darah
dapat menurun dan nadi meningkat.
4. Pernapasan dapat
meningkat dan napas terasa sesak.
5. Kesadaran
gelisah sampai menurun dan koma.
6. Terjadi
gangguan involusi uterus.
7. Lochia :
berbau, bernanah serta kotor.
Faktor Predisposisi Infeksi Masa Nifas
Faktor predisposisi infeksi masa nifas
diantaranya adalah :
1.
Persalinan berlangsung lama sampai terjadi persalinan terlantar.
2.
Tindakan operasi persalinan.
3.
Tertinggalnya plasenta selaput ketuban dan bekuan darah.
4.
Ketuban pecah dini atau pada pembukaan masih kecil melebihi enam jam.
5.
Keadaan yang dapat menurunkan keadaan umum, yaitu perdarahan antepartum dan post
partum, anemia pada saat kehamilan, malnutrisi, kelelahan dan ibu hamil
dengan penyakit infeksi.
2.5.3. Terjadinya Infeksi Masa Nifas
Terjadinya infeksi masa nifas adalah
sebagai berikut:
1.
Manipulasi penolong: terlalu sering melakukan pemeriksaan dalam, alat yang
dipakai kurang suci hama.
2.
Infeksi yang didapat di rumah sakit (nosokomial).
3.
Hubungan seks menjelang persalinan.
4.
Sudah terdapat infeksi intrapartum: persalinan lama terlantar,
ketuban pecah lebih dari enam jam, terdapat pusat infeksi dalam tubuh (lokal
infeksi).
2.5.4. Keadaan abnormal pada rahim
Beberapa keadaan abnormal pada rahim
adalah :
1. Sub involusi uteri.
Proses involusi rahim
tidak berjalan sebagaimana mestinya, sehingga proses pengecilan rahim
terhambat. Penyebab terjadinya sub involusi uteri adalah
terjadinya infeksi pada endometrium, terdapat sisa plasenta dan
selaputnya, terdapat bekuan darah, atau mioma uteri.
2. Pendarahan masa nifas sekunder.
Adalah pendarahan yang terjadi pada 24 jam
pertama. Penyebabnya adalah terjadinya infeksi pada endometrium dan terdapat
sisa plasenta dan selaputnya.
3. Flegmansia alba dolens.
Merupakan salah satu bentuk infeksi puerpuralis yang
mengenai pembuluh darah vena femoralis. Gejala kliniknya adalah :
1. Terjadi
pembengkakan pada tungkai.
2. Berwarna putih.
3. Terasa sangat
nyeri.
4. Tampak bendungan
pembuluh darah.
5. Temperatur badan
dapat meningkat.
Keadaan abnormal pada payudara
Beberapa keadaan abnormal yang mungkin
terjadi adalah :
1. Bendungan ASI
Disebabkan oleh penyumbatan pada saluran
ASI. Keluhan mamae bengkak, keras, dan terasa panas sampai suhu badan
meningkat.
2. Mastitis dan Abses
Mamae
Infeksi ini menimbulkan
demam, nyeri lokal pada mamae, pemadatan mamae dan
terjadi perubahan warna kulitmamae.
Keadaan abnormal pada psikologis
1. Psikologi Pada Masa Nifas
Perubahan emosi selama
masa nifas memiliki berbagai bentuk dan variasi. Kondisi ini akan
berangsur-angsur normal sampai pada minggu ke 12 setelah melahirkan.
Pada 0 – 3 hari setelah
melahirkan, ibu nifas berada pada puncak kegelisahan setelah melahirkan karena
rasa sakit pada saat melahirkan sangat terasa yang berakibat ibu sulit
beristirahat, sehingga ibu mengalami kekurangan istirahat pada siang hari dan
sulit tidur dimalam hari.
Pada 3 -10 hari setelah
melahirkan, Postnatal blues biasanya muncul, biasanya disebut
dengan 3th day blues. Tapi pada kenyataanya berdasarkan riset yang
dilakukan paling banyak muncul pada hari ke lima. Postnatal bluesadalah
suatu kondisi dimana ibu memiliki perasaan khawatir yang berlebihan terhadap
kondisinya dan kondisi bayinya sehingga ibu mudah panik dengan sedikit saja
perubahan pada kondisi dirinya atau bayinya.
Pada 1 – 12 minggu
setelah melahirkan, kondisi ibu mulai membaik dan menuju pada tahap normal.
Pengembalian kondisi ibu ini sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungannya,
misalnya perhatian dari anggota keluarga terdekat. Semakin baik perhatian yang diberikan
maka semakin cepat emosi ibu kembali pada keadaan normal.
2. Depresi Pada Masa Nifas
Riset menunjukan 10% ibu
mengalami depresi setelah melahirkan dan 10%-nya saja yang tidak mengalami
perubahan emosi. Keadaan ini berlangsung antara 3-6 bulan bahkan pada beberapa
kasus terjadi selama 1 tahun pertama kehidupan bayi.
Penyebab depresi terjadi
karena reaksi terhadap rasa sakit yang muncul saat melahirkan dan karena
sebab-sebab yang kompleks lainnya. Berdasarkan hasil riset yang dilakukan
menunjukan faktor-faktor penyebab depresi adalah terhambatnya karir ibu karena
harus melahirkan, kurangnya perhatian orang-orang terdekat terutama suami dan
perubahan struktur keluarga karena hadirnya bayi, terutama pada ibu primipara.
INFEKSI
NIFAS DAN KETUBAN PECAH DINI
INFEKSI
NIFAS
A.
PENDAHULUANIstlah infeksi nifas mencakup semua peradangan yang disebabkan oleh
masuknya kuman-kuman ke dalam alat-alat genetal pada waktu persalinan dan
nifas. Infeksi ini merupakan penyebab kematian maternal, di negara-negara
sedang berkembang, dengan pelayanan kebidanan yang masih jauh dari sempurna,
peran infeksi nifas masih besar (Sarwono, 2006. hal : 690).
B. PENYEBAB TERJADINYA INFEKSI NIFAS DAN PENANGGULANGAN
1. Penyebab
Infeksi nifas dapat terjadi karena tangan pemeriksa
atau penolong yang tertutup sarung tangan pada pemeriksaan dalam atau operasi
membawa bakteri yang sudah ada dalam vagina kedalam uterus. Kemungkinan lain
adalah sarung tangan atau alat-alat terkena kontaminasi bakteri yang berasal
dari hidung atau tenggorokan dokter atau pembantu-pembatunya. (Sarwono, 2006,
hal : 691).
Beberapa faktor yang mempengaruhi antara lain :
kurangnya gizi atau malnutrisi, anemia, kelelahan, proses persalinan bermasalah
yakni partus lama/macet, persalinan traumatik, kurang baiknya proses pencegahan
infeksi, manipulasi yang berlebihan dan dapat berlanjut dalam masa nifas,
(Abdul Bari Saifuddin, 2006. hal : 260).
2.
Penanggulangan
Usaha-usaha pencegahan terdiri dari atas membatasi
sebanyak mungkin kuman-kuman dalam jalan lahir, menjaga supaya persalinan tidak
berlarut-larut, menyelesaikan persalinan dengan trauma sedikit mungkin.
Pengobatan dengan antibiotik memegang peranan yang
sangat penting dalam pengobatan infeksi nifas. Jenis antibiotika yang baik yang
mempunyai khasiat yang nyata terhadap kuman-kuman yang menjadi penyabab infeksi
nifas. Disamping pengobatan dengan antibiotika, tindakan-tindakan untuk
mempertinggi daya tahan tubuh tetap di perlukan. Perawatan sangatlah penting,
makanan yang mengandung zat-zat yang diperlukan hendaknya diberikan dengan cara
yang cocok dengan keadaan penderita, bila perlu tranfusi darah dilakukan.
(Sarwono, 2006, hal : 699).
Bila infeksi dalam dan melibatkan otot dan menyebabkan nekrosis halus
berlubang, lakukan jahitan sekunder 2 – 4 minggu setelah infeksi membaik.
Berikan nasehat kebersihan dan pemakaian pembalut yang bersih dan sering di
ganti. (Abdul Bari Saifuddin, 2006, hal : 264).
C. KESIMPULAN
Infeksi nifas adalah mencakup semua peradangan yang
disebabkan oleh masuknya kuman-kuman ke dalam alat-alat genital pada waktu
persalinan dan nifas, infeksi nifas dapat terjadi karena kuman pemeriksa atau
penolong, penanggulangan membatasi sebanyak mungkin kuman-kuman dalam jalan
lahir.
DAFTAR
PUSTAKA
Prawirohardjo,
Sarwono, 2006, Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo :
Jakarta.
Saifuddin,
Abdul Bari, 2006, Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo : Jakarta.
KETUBAN PECAH DINI
A.
PENDAHULUAN
Ketuban
pecah dini (KPD) adalah suatu keadaan dimana selaput ketuban pecah pada
kehamilan yang telah viable dan 6 jam setelah itu tidak diikuti dengan
terjadinya persalinan (Achadiat, Chrisdiono M, 2004 : 81).
Kebanyakan ibu dengan KPD akan mengalami persalinan spontan dan hasilnya baik.
Namun, ada bahaya yang berhubungan dengan ketuban pecah meliputi infeksi, tali
pusat menumbung, infeksi latrogenik, asenden dari pemeriksaan vagina dan
perlunya indukasi atau augmentasi persalinan dengan intervensi yang sesuai.
(Chapman, Vicky, 2006 : 6).
B. MASALAH
DAN PENANGULANGAN
1. Masalah
a. Keluarnya cairan berupa air-air dari vagina setelah kehamilan berusia 22
minggu.
b. Ketuban
dinyatakan pecah dini jika terjadi sebelum proses persalinan berlangsung.
c. Pecahnya
selaput ketuban dapat terjadi pada kehamilan preterm sebelum kehamilan 37
minggu maupun kehamilan aterm.
2. Penanggulangan
a.
Penanganan umum
1)
Konfirmasi usia kehamilan, kalau ada dengan USG.
2) Lakukan
pemeriksaan inspekulo (dengan spekulum DTT) untuk menilai cairan yang keluar
(jumlah, warna,bau) dan membedakannya dengan urin.
3) Jika ibu
mengelum perdarahan pada akhir kehamilan (setelah 22 minggu), jangan lakukan
pemeriksaan dalam secara digital.
4) Tentukan
ada tidaknya infeksi.
5) Tentukan
tanda-tanda inpartu.
b.
Penanganan khusus
1) Bau
cairan ketuban yang khas
2)
Jikamkeluarnya cairan ketuban sedikit-sedikit, tampung cairan yang keluar dan
nilai satu jam kemudian.
3) Dengan spekulum DTT, lakukan pemeriksaan inspekulo. Nilai apakah cairan
keluar melalui ostium uteri atau terkumpul di forniks posterios. Jangan lakukan
pemeriksaan dalam dengan jari, karena tidak membantu diagnosis dan dapat
mengundang inspeksi.
4) Jika
mungkin, lakukan :
- Tes lakmus
(tes nitrazin), jika kertas lakmus merah berubah berubah menjadi biru
menunjukkan adanya cairan ketuban (alkalis) darah dan infeksi vagina dapat
menghasilkan tes yang positif – palsu.
- Tes pakis,
jangan meneteskan cairan ketuban pada gelas objek dan biarkan kering.
Pemeriksaan mikroskopik menunjukkan kristal cairan amnion dan gambaran daun
pakis. (Syaefuddin, Abdul Bari, 2002 ; M – 112 – M – 114).
C. KESIMPULAN
Pengelolaan ketuban pecah dini (KPD) merupakan masalah
yang masih konstraversial dalam kebidanan. Pengelolaan yang optimal dan baku
masih belum ada, selalu berubah. KPD seringkali menimbulkan konsekuensi yang
dapat menimbulkan mordibitas dan mortalitas pada ibu maupun bayi terutama
kematian perinatal yang cukup tinggi ini antara lain di sebabkan karena
kematian akibat kurang bulan dan kejadian infeksi yang meningkat karena partus
tak maju, partus lama dan partus buatan yang sering dijumpai pada pengelolaan
kasus KPD terutama pada pengelolaan konservatif.
Defenisi
Infeksi nifas adalah infeksi bakteri pada traktus genitalia, terjadi sesudah melahirkan,
ditandai kenaikan suhu sampai 38 derajat selsius atau lebih selama 2 hari dalam
10 hari pertama pasca persalinan, dengan mengecualikan 24 jam pertama.
Etiologi
Organisme yang menyerang bekas implantasi plasenta atau laserasi akibat
persalinan adalah penghuni normal serviks dan jalan lahir, mungkin juga dari
luar. Biasanya lebih dari satu spesies. Kuman anaerob adalah kokus gram positif
(peptostreptokok, peptokok, bakteriodes dan clostridium). Kuman aerob adalah
berbagai macam gram positif dan E. coli. Mikoplasma dalam laporan terakhir
mungkin memegang peran penting sebagai etiologi infeksi nifas.
Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi infeksi nifas, yaitu :
- Semua keadaan yang dapat menurunkan dayaa tahan
tubuh, seperti perdarahan
yang banyak, pre eklampsia; juga infeksi lain seperti pneumonia, penyakit
jantung, dsb.
- Partus lama, terutama partus dengan ketuuban pecah
lama.
- Tindakan bedah vaginal yang menyebabkan perlukaan
jalan lahir.
- Tertinggalnya sisa plasenta, selaput kettuban dan
bekuan darah.
Manifestasi Klinis
Infeksi nifas dapat dibagi atas 2 golongan, yaitu :
1. Infeksi yang terbatas pada perineum, vulva, vagina,
serviks, dan endometrium.
2. Penyebaran dari tempat-tempat tersebut melalui
vena-vena, jalan limfe danpermukaan endometrium.
Infeksi perineum, vulva, vagina, dan serviks :
- Gejalanya berupa rasa nyeri dan panas paada tempat
infeksi, kadang-kadang perih
saat kencing.
- Bila getah radang bisa keluar, biasanya keadaannya
tidak berat, suhu sekitar 38
derajat selsius dan nadi dibawah 100 per menit. Bila luka yang terinfeksi,
tertutup
jahitan dan getah radang tidak dapat keluar, demam bisa naik sampai 39-40
derajat selsius, kadang-kadang disertai menggigil.
Endometritis :
- Kadang-kadang lokia tertahan dalam uteruus oleh
darah, sisa plasenta dan selaput
ketuban yang disebut lokiometra dan dapat menyebabkan kenaikan suhu.
- Uterus agak membesar, nyeri pada perabaaan dan lembek.
Septikemia :
- Sejak permulaan, pasien sudah sakit dan lemah.
- Sampai 3 hari pasca persalinan suhu meniingkat
dengan cepat, biasanya disertai
menggigil.
- Suhu sekitar 39-40 derajat selsius, keaddaan umum
cepat memburuk, nadi cepat
(140-160 kali per menit atau lebih).
- Pasien dapat meninggal dalam 6-7 hari paasca
persalinan.
Piemia :
- Tidak lama pasca persalinan, pasien sudaah merasa
sakit, perut nyeri dan suhu
agak meningkat.
- Gejala infeksi umum dengan suhu tinggi sserta
menggigil terjadi setelah kuman
dengan emboli memasuki peredaran darah umum.
- Ciri khasnya adalah berulang-ulang suhu meningkat
dengan cepat disertai
menggigil lalu diikuti oleh turunnya suhu.
- Lambat laun timbul gejala abses paru, pnneumonia dan
pleuritis.
Peritonitis :
- Pada peritonotis umum terjadi peningkataan suhu
tubuh, nadi cepat dan kecil, perut
kembung dan nyeri, dan ada defense musculaire.
- Muka yang semula kemerah-merahan menjadii pucat,
mata cekung, kulit muka
dingin; terdapat fasies hippocratica.
- Pada peritonitis yang terbatas didaerah pelvis,
gejala tidak seberat peritonitis
umum.
- Peritonitis yang terbatas : pasien demamm, perut
bawah nyeri tetapi keadaan
umum tidak baik.
- Bisa terdapat pembentukan abses.
Selulitis pelvik :
- Bila suhu tinggi menetap lebih dari satuu minggu
disertai rasa nyeri di kiri atau
kanan dan nyeri pada pemeriksaan dalam, patut dicurigai adanya selulitis
pelvika.
- Gejala akan semakin lebih jelas pada
perrkembangannya.
- Pada pemeriksaan dalam dapat diraba tahaanan padat
dan nyeri di sebelah uterus.
- Di tengah jaringan yang meradang itu bissa timbul
abses dimana suhu yang mula-
mula tinggi menetap, menjadi naik turun disertai menggigil.
- Pasien tampak sakit, nadi cepat, dan nyeeri perut.
Diagnosis
Untuk penegakan diagnosa diperlukan pemeriksaan
seksama. Perlu diketahui apakah infeksi terbatas pada tempat masuknya kuman ke
dalam badan atau menjalar keluar ke tempat lain. Pasien dengan infeksi meluas
tampak sakit, suhu meningkat, kadang-kadang menggigil, nadi cepat dan keluhan
lebih banyak.
Jika fasilitas ada, lakukan pembiakan getah vagina
sebelah atas dan pada infeksi yang berat diambil darah untuk maksud yang sama.
Usaha ini untuk mengetahui etiologi infeksi dan menentukan pengobatan
antibiotik yang paling tepat.
Diagnosis Banding
Radang saluran pernapasan (bronkitis, pneumonia, dan
sebagainya), pielonefritis, dan mastitis.
Penatalaksanaan
Pencegahan infeksi nifas :
- Anemia diperbaiki selama kehamilan. Beriikan diet
yang baik. Koitus pada kehamilan tua sebaiknya dilarang.
- Membatasi masuknya kuman di jalan lahir selama
persalinan. Jaga persalinan
agar tidak berlarut-larut. Selesaikan persalinan dengan trauma sesedikit
mungkin. Cegah perdarahan banyak dan penularan penyakit dari petugas dalam
kamar bersalin. Alat-alat persalinan harus steril dan lakukan pemeriksaan hanya
bila perlu dan atas indikasi yang tepat.
- Selama nifas, rawat higiene perlukaan jaalan lahir.
Jangan merawat pasien dengan
tanda-tanda infeksi nifas bersama dengan wanita sehat yang berada dalam masa
nifas.
Penanganan infeksi nifas :
- Suhu harus diukur dari mulut sedikitnya 4 kali
sehari.
- Berikan terapi antibiotik.
- Perhatikan diet.
- Lakukan transfusi darah bila perlu.
- Hati-hati bila ada abses, jaga supaya naanah tidak
masuk ke dalam rongga
perineum.
Prognosis
Prognosis baik bila diatasi dengan pengobatan yang
sesuai. Menurut derajatnya, septikemia merupakan infeksi paling berat dengan
mortalitas tinggi, diikuti peritonitis umum dan piemia.