Monday, June 9, 2014

Tanda ASI sudah cukup



  • Beberapa tanda yang menunjukkan bahwa ASI cukup memadai. Diantaranya adalah waktu menyusui tidak terlalu lama atau tidak lebih dari 30 menit. Dalam waktu tersebut bayi sudah dapat mengisap foremilk dan hindmilk yang diproduksi.
  • Bayi yang mendapatkan ASI memadai umumnya lebih tenang, tidak rewel dan dapat tidur pulas. Bayi yang mendapatkan ASI eksklusif dalam jumlah memadai biasanya tidak terlalu sering menyusui.
  • Umumnya jarak menyusui sekitar 2 – 3 jam, pada bayi tertentu yang mempunyai kemampuan minum yang tidak banyak biasanya interval tersebut menjadi lebih sering sekitar 11/2 – 2 jam.
  • Bila kurang dalam waktu 11/2 jam sudah minta minum maka mungkin saja bayi bukan karena haus. Bila digendong dan diayun bayi bisa tampak tenang maka ASI sudah cukup.
  • Tanda pasti bahwa ASI memadai dapat terlihat pada penambahan berat badan bayi yang baik. Dalam keadaan normal usia 0 – 5 hari biasanya berat badan bayi akan menurun. Setelah usia 10 hari bayi akan kembali seperti saat lahir. Setelah itu setiap 2 minggu dalam bulan pertama sebaiknya bayi ditimbang, dalam keadaan ASI cukup bila berat badan naik 500 gram dalam 2 minggu.
  • Pada bayi tertentu yang mempunyai resiko gagal tumbuh (failure to thrive) biasanya pertambahan berat badan 400 gram dalam 2 minggu. Pada kasus ini belum berarti menunjukkan ASI kurang. Bayi beresiko gagal tumbuh biasanya terjadi pada bayi dengan gangguan saluran cerna (penyakit celiac dll), dan sebagian kecil disebabkan karena gangguan metabolisme, endokrin, hormonal dan sebagainya. Ciri khas bayi seperti ini adalah bila minum tidak lama dan lebih sering. Biasanya tampak gangguan saluran cerna seperti sulit BAB, berak hijau dan anak sangat aktif bergerak.

Tips agar ASI lancar & banyak
1. Tingkatkan frekuensi menyusui/memompa/memeras ASI.
Jika anak belum mau menyusu krn masih kenyang, perahlah / pompalah ASI. Ingat ! produksi ASI prinsipnya based on demand sama spt prinsip pabrik. Jika makin sering diminta (disusui/diperas/dipompa) maka makin banyak yg ASI yg diproduksi.

2. Kosongkan payudara setelah anak selesai menyusui.
Bahasan ini masih terkait dg point di atas. Makin sering dikosongkan, maka produksi ASI juga makin lancar.
3. Yg tidak kalah pentingnya : ibu harus dalam keadaan RELAKS. KONDISI PSIKOLOGIS ibu menyusui sangat menentukan keberhasilan ASI eksklusif. Menurut hasil penelitian, > 80% lebih kegagalan ibu menyusui dalam memberikan ASI eksklusif adalah faktor psikologis ibu menyusui. Ingat : 1 pikiran “duh ASI peras saya cukup gak ya?” maka pada saat bersamaan ratusan sensor pada otak akan memerintahkan hormon oksitosin (produksi ASI) utk bekerja lambat. Dan akhirnya produksi ASI menurun. Relaks saja ya bu. Disini sebetulnya peran besar sang ayah. Jika ayah mendukung maka ASI akan lancar. Mendukung bisa dg berbagai cara mulai dari menyemangati istri hingga hal2 lain spt menyendawakan bayi setelah menyusu, menggendong bayi utk disusukan ke ibunya, dsbnya.
4. Hindari pemberian susu formula.
Terkadang karena banyak orangtua merasa bahwa ASInya masih sedikit atautakut anak gak kenyang, banyak yg segera memberikan susu formula. Padahal
pemberian susu formula itu justru akan menyebabkan ASI semakin tidak lancar. Anak relatif malas menyusu atau malah bingung puting terutama pemberian susu formula dg dot. Begitu bayi diberikan susu formula, maka saat ia menyusu pada ibunya akan kekenyangan. Sehingga volume ASI makin berkurang. Makin sering susu formula diberikan makin sedikit ASI yg diproduksi.
5. Hindari penggunaan DOT, empeng, dkknya
Jika ibu ingin memberikan ASI peras/pompa (ataupun memilih susu formula) berikan ke bayi dg menggunakan sendok, bukan dot ! Saat ibu memberikan dg dot, maka anak dapat mengalami BINGUNG PUTING (nipple confusion). Kondisi dimana bayi hanya menyusu di ujung puting seperti ketika menyusu dot. Padahal, cara menyusu yang benar adalah seluruh areola (bag. gelap di sekitar puting payudara) ibu masuk ke mulut bayi. Akhirnya, si kecil jadi ogah menyusu langsung dari payudara lantaran ia merasa betapa sulitnya mengeluarkan ASI. Sementara kalau menyusu dari botol, hanya dengan menekan sedikit saja dotnya, susu langsung keluar. Karena itu hindari penggunaan dot dsbnya.
6. Datangi klinik laktasi.
 Jangan ragu untuk menghubungi atau konsultasi dg klinik laktasi. Disana ibu dan ayah mendapatkan masukan secara teknis agar ASI tetap optima.
7. Ibu menyusui mengkonsumsi makanan bergizi.
8. Lakukan perawatan payudara
Massage / pemijatan payudara dan kompres air hangat & air dingin bergantian.

.       Faktor-Faktor Pendukung Keberhasilan Pemberian ASI
1.      Ibu harus yakin bahwa mampu menyusi bayinya
2.      Ibu cukup minum (8-12 gelas/hari)
3.      Ibu dalam keadaan pikiran tenang dan damai
4.            Perhatikan cara meletakkan bayi dan cara meletakan putting pada mulut bayi dengan benar.
5.            Makin sering payu darah dihisap bayi makin banyak produksi susu untuk bayi
6.            Pengertian dan dukunagn keluarga, terutama dari suami sangat penting. (Siregar, 2007). Pemberian ASI ekslusif dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, (www//http:libaty ,usu,ac.id)
B.     Pembahasan
Sebelum membahas hasil penelitian lebih lanjut, terlebih dahulu peneliti penguraikan tentang pelaksanaan penelitian di rumah Bidan Praktek Swasta pada bulan Pebruari – Maret 2008 dimana jumlah responden sebanyak 22 orang.
1.      Faktor Ibu
Dari hasil penelitian faktor ibu mempunyai angka 50 (45,45%). Faktor ibu terdiri dari pengetahuan dan kondisi fisik ibu. Pengetahuan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya usia dan pendidikan.
Berdasarkan hasil penelitian responden yang berusia diatas 23 tahun sebanyak 9 orang (40,90%), sehingga di usia dewasa lebih sulit menyerap suatu pengetahuan dibandingkan dengan usia remaja, jadi ibu yang mempunyai usia lebih muda biasanya lebih mudah untuk mengubah sikap dan tingkah lakunya. Hasil penelitian jumlah responden yang paling banyak adalah berpendidikan SMP yaitu 12 orang (54,54%).
Bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang semakin mudah menerima informasi sehingga semakin banyak pengalaman yang dimiliki, untuk dapat menerima atau menyerap informasi yang didapat lebih mudah bagi yang berpendidikan lebih tinggi (Nursalam, 2001).
Hasil pengamatan atau observasi pada saat penelitian didapatkan dari kondisi fisik ibu yang juga dapat mempengaruhi pemberian ASI secara dini. Dari kondisi fisik ibu diantaranya puting datar atau tenggelam, ibu kelelahan sehabis melahirkan dan ASI belum keluar. Puting datar atau tenggelam dapat diatasi dengan menggunakan pompa puting agar puting menonjol dan dapat di cekap oleh mulut bayi, upaya ini dapat dimulai sejak kehamilan 37 minggu dan biasanya hanya perlu dibantu 5-7 hari (Hulliana Mullyana, 2003).
Di Bidan Praktek Swasta, ibu yang melahirkan mempunyai puting datar maupun menonjol (normal) juga tidak memberikan ASI secara dini, seharusnya para ibu tahu pentingnya ASI dini, sejak kehamilan informasi tentang ASI dan cara merawat puting puting yang datar guna mempersiapkan proses menyusui kelak, untuk itu para ibu harus aktif ke posyandu, puskesmas. Dan untuk petugas kesehatan (Bidan) diharapkan lebih aktif dalam memberikan penyuluhan dan bimbingan tentang ASI dan cara merawat payudara menuju kesuksesan pemberian ASI secara ekslusif.
Pada hari-hari pertama kelahiran, bayi belum memerlukan cairan atau makanan, sehingga belum diperlukan pemberian susu formula ataupun cairan lain. Sebelum ASI keluar ”cukup” (cairan prelactal feeding). Bayi pada 30 menit pertamakelahiran harus di susukan pada ibunya bukan untuk pemberian nutrisi melainkan untuk belajar menyusu atau menghisap puting susu dan juga untuk mempersiapkan ibu untuk mulai memproduksi ASI.
Gerakan reflek menghisap pada bayi baru lahir akan mencapai puncaknya pada waktu 20-30 menit pertama, sehingga apabila terlambat refleks menghisap ini akan berkurang dan tidak akan kuat lagi sampai beberapa jam kemudian. Dalam hal ini pengetahuan ibu perlu ditingkatkan dalam upaya pemberian ASI secara dini.
2.      Faktor Pendukung
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor yang mempengaruhirendahnya pemberian ASI secara dini di Bidan Praktek Swasta adalah faktor pendukung, yaitu sebesar 53 orang (48,18%). Faktor pendukung terdiri dari dukungan keluarga, suami dan peran petugas kesehatan. Ayah (suami) mempunyai peran untuk menentukan kelancaran reflek pengeluaran ASI yang sangat dipengaruhi oleh keadaan emosi atau perasaan ibu. Suami dapat berperan aktif dalam keberhasilan pemberian ASI dengan jalan memberikan dukungan secara emosional.
Peran petugas kesehatan (Bidan) juga sangat mempengaruhi pemberian ASI secara dini, dimana ibu ditolong dalam melahirkan juga sangat menentukan cara pemberian ASI yang baik. Penyuluhan oleh bidan tentang pemberian ASI yang pertama keluar sangat diperlukan karena pengalaman yang ditemukan selama ini, kolostrom biasanya dibuang.
Di Bidan Praktek Swasta, terkadang suami tidak diperbolehkan mendampingi ibu (istri) pada saat persalinan, tetapi sekarang ini suami diharuskan mendampingi ibu (istri) pada saat persalinan, ini diharapkan agar suami memberikan dukungan yang sangat penting bagi ibu mulai persalinan sampai proses menyusui.
Selain itu pengetahuan ibu dan keluarga (suami) tentang ASI perlu ditingkatkan untuk memberikan dukungan agar ibu mempunyai motivasi dan kemauan untuk memberikan ASI secara dini. Apabila pihak keluarga tidak mengetahui tentang ASI, maka tidak akan bisa  memberikan dukungan dan penjelasan untuk segera menyusui bayi setelah dilahirkan .
Selain dukungan dari keluarga, dukungan dari petugas kesehatan (Bidan) juga sangat mempengaruhi pemberian ASI secara dini, terkadang bidan kurang memberikan penjelasan tentang ASI pada ibu post partum, setelah menolong persalinan bayi diberikan kepada ibu begitu saja padahal bidan juga sangat menentukan keberhasilan menyusui dini. Seharusnya bidan membantu, mendampingi dan membimbing ibu post partum dalam proses menyusui, penjelasan yang benar kepada keluarga dan ibu post partum juga sangat menentukan dalam pemberian ASI secara dini
Bagaimana mengetahui bahwa ASI cukup banyak dan cukup mengenyangkan bayi?
·         Kalau bayi melepaskan payudara dengan sendirinya ketika kenyang, berarti dia cukup minum ASI.
·         Kalau bayi kelihatan kenyang setelah minum ASI, berarti dia cukup minum ASI. (Bayi saya bertampang ‘mabok’ kalau kenyang ASI, dan langsung tidur lagi)
·         Kalau bayi cukup banyak berak dan pipis, berarti dia cukup minum ASI.

PATALOGIS NIFAS



PERDARAHAN  PASCA  PERSALINAN
  1. Perdarahan pasca persalinan PRIMER
    • Perdarahan > 500 ml yang terjadi dalam waktu 24 jam pasca persalinan
  2. Perdarahan pasca persalinan SEKUNDER
    • Perdarahan abnormal yang terjadi setelah 24 jam pasca persalinan sampai berakhirnya masa nifas.
PERDARAHAN PASCA PERSALINAN PRIMER :
Perdarahan pasca persalinan primer adalah perdarahan lebih dari 500 ml dalam waktu 24 jam pertama pasca persalinan.
Etiologi :
  1. Atonia uteri dan
  2. Sisa plasenta ( 80%)
  3. Laserasi jalan lahir (20% )
  4. Gangguan faal pembekuan darah pasca solusio plasenta
Faktor resiko :
  1. Partus lama
  2. Overdistensi uterus ( hidramnion , kehamilan kembar, makrosomia )
  3. Perdarahan antepartum
  4. Pasca induksi oksitosin atau MgSO4
  5. Korioamnionitis
  6. Mioma uteri
  7. Anaesthesia
Diagnosis :
Jumlah perdarahan pasca persalinan yang sesunguhnya sulit ditentukan oleh karena sering bercampur dengan cairan amnion, tercecer, diserap bersama dengan kain dan lain sebagainya.
Perdarahan pervaginam yang profuse dapat terjadi sebelum plasenta lahir atau segera setelah ekspulsi plasenta.
Perdarahan dapat terjadi secara profus dalam waktu singkat atau sedikit sedikit diselingi dengan kontraksi uterus.



PENATALAKSANAAN :
A. Perdarahan kala III ( plasenta belum lahir )
Masase fundus uterus untuk memicu kontraksi uterus disertai dengan tarikan talipusat terkendali. Bila perdarahan terus terjadi meskipun uterus telah berkontraksi dengan baik, periksa kemungkinan laserasi jalan lahir atau ruptura uteri
Bila plasenta belum dapat dilahirkan , lakukan plasenta manuil
Bila setelah dilahirkan terlihat tidak lengkap maka harus dilakukan eksplorasi cavum uteri atau kuretase
B. Perdarahan pasca persalinan primer ( true HPP )
  1. Periksa apakah plasenta lengkap
  2. Masase fundus uteri
  3. Pasang infuse RL dan berikan uterotonik ( oksitosin , methergin atau misoprostol )
  4. Bila perdarahan > 1 L pertimbangkan tranfusi
  5. Periksa faktor pembekuan darah
  6. Bila kontraksi uterus baik dan perdarahan terus terjadi , periksa kembali kemungkinan adanya laserasi jalan lahir
  7. Bila perdarahan terus berlangsung , lakukan kompresi bimanual
  8. Bila perdarahan terus berlangsung , pertimbangkan ligasi arteri hipogastrika
PERDARAHAN PASCA PERSALINAN SEKUNDER
Etiologi utama adalah :
  1. Proses reepitelialisasi ‘plasental site’ yang buruk ( 80% )
  2. Sisa konsepsi atau gumpalan darah
Bila dengan pemeriksaan ultrasonografi dapat diidentifikasi adanya masa intra uterin (sisa konsepsi atau gumpalan darah ) maka harus dilakukan evakuasi uterus


Terapi awal :
  1. Memasang cairan infuse dan
  2. Memberikan uterotonika (methergin 0.5 mg intramuskular)
  3. Antipiretika dan Antibiotika (bila ada tanda infeksi)
  4. Kuretase hanya dilakukan bila ada sisa konsepsi
INFEKSI MASA NIFAS
FEBRIS PUERPERALIS adalah meningkatnya suhu tubuh diatas 380 C selama 24 jam yang terjadi setelah hari pertama sampai hari ke 10 pasca persalinan atau abortus.
Infeksi dapat bersifat genital atau non – genital
Etiologi :
INFEKSI GENITAL
    1. Patogen potensial yang berada dalam vagina secara normal :
      1. Streptococcus anerobik
      2. Basil gram negatif anerobik
      3. Streptococcus hemolyticus (selain group A)
    2. Bakteri yang berasal dari organ visera sekitar :
      1. E Coli
      2. Clostridium Welchii
    3. Bakteri yang berasal dari organ yang jauh :
      1. Stafilokok
      2. Streptokus Hemolitikus Grup A
    4. Mycoplasma hominis
INFEKSI NON – GENITAL :
1.      Infeksi traktus urinarius : E Coli
2.      Infeksi mamme : stafilikok
LOKASI dan PENYEBARAN INFEKSI
Sebagian besar infeksi nifas yang berasal dari traktus genitalis merupakan infeksi ascending dari vagina atau servik dan mengadakan infeksi pada lokasi plasenta. Penyebaran selanjutnya dari tempat ini dapat terus keatas mengenai tuba falopii – parametrium sehingga menyebabkan pelvio peritonitis.



DIAGNOSIS
  • Pemeriksaan payudara : mastitis
  • Pemeriksaan urine : bakteriuria
  • Palpasi abdomen : nyeri abdomen
  • Inspeksi genitalia : infeksi luka jalan lahir
  • Hapusan vagina : pemeriksaan bakteriologi
TERAPI :
  • Rawat di RS
  • Antibiotika spektrum luas yang tepat
  • Metronidazole 3 x 500 mg selama 5 hari
TROMBOEMBOLI
Trombosis vena dapat terjadi selama kehamilan atau sering terjadi pada masa nifas antara hari ke 5 – 15.
Perawatan obstetri yang baik dan ambulasi dini dapat menurunkan kejadian penyakit tromboemboli.
Proses trombosis selalu berawal dari vena profunda tungkai bawah namun dapat pula menjalar keatas menuju vena femoralis atau vena vena dalam panggul. Situasi ini sering menyebabkan terjadinya emboli paru
DIAGNOSIS DVT – DEEP VEIN THROMBOSIS
Tanda klinik adalah terjadinya demam ringan, kenaikan frekuensi nadi dan rasa lesu.
Tanda klinik tak dapat memberi informasi mengenai progresivisitas penyakit.
Konfirmasi diagnosis adanag dengan menggunakan”colour – enhanced Doppler imaging “ pada vena tibialis dan femoralis.
Diagnosis emboli paru :
  • Dispneoe
  • Nyeri dada
  • Sianosis
  • Krepitasi pada auskultasi paru
Terapi DVT :
  • Heparin infus ( 20.000 dalam 500 PZ denga kecepatan 25 ml / jam untuk mencapai dosis 25.000 IU per hari ) selama 5 hari dan dipantau dengan pemeriksaan APTT. Active partial tromboplastin time
  • Tirah baring dengan tungkai di elevasi selama heparinisasi
Terapi Emboli Paru :
  • Heparin bolus 25.000 IU intra vena dan diikuti dengan pemberian per infus seperti ada kasus DVT
MASALAH  PSIKIATRI PASCA PERSALINAN
  1. Third Days Blues”
  2. Depresi pasca persalinan
  3. Psikosis pasca persalinan
“third days blues”
50 – 70% terjadi instabilitas emosional pada ibu pasca persalinan dengan penyebab yang tidak jelas.
Gejala berawal antara hari ke 3 – 5 pasca persalinan.
Instabiltas emosional dapat berlangsung kurang dari 1 minggu namun ada kasus yang dapat terjadi sampai berbulan-bulan
DEPRESI PASCA PERSALINAN
8 – 12% wanita pasca persalinan akan menampakkan tanda – tanda depressi dalam 5 bulan pertama pasca persalinan.
Resiko tinggi mengalami kejadian ini :
  1. Ibu berusia < 16 tahun
  2. Riwayat keluarga dengan depresi atau pernah menderita depresi
  3. Depresi pada masa hamil
  4. Masalah hubungan keluarga pada masa remaja
  5. Tidak ada dukungan dari pasangan selama kehamilan , persalinan
  6. Merawat bayi sendirian tanpa keluarga atau teman
  7. Pengalaman negatif saat berhubungan dengan tenaga kesehatan selama kehamilan
  8. Riwayat komplikasi kehamilan
PSIKOSIS PASCA PERSALINAN
1 – 3% wanita mengalami kejadian psikosis pasca persalinan dalam bentuk panik atau depresi namun ada juga yang diselingi dengan episode skisofrenik
Gangguan ini dapat terjadi secara mendadak pada hari 5 – 15 pasca persalinan. Pada awalnya pasien merasa bingung , cemas, tidak dapat tidur dan sedih. Delusi ( merasa bahwa anaknya mengalami sesuatu yang berbahaya ) atau halusinasi terjadi dengan cepat.
Pasien harus segera memperoleh perawatan secara profesional.
Sumber
http://reproduksiumj.blogspot.com/2009/09/patologi-masa-nifas.html

TANDA-TANDA BAHAYA KALA NIFAS

Infeksi Masa Nifas
Setelah persalinan terjadi beberapa perubahan penting diantaranya makin meningkatnya pembentukkan urin untuk mengurangi hemodilusi darah, terjadi penyerapan beberapa bahan tertentu melalui pembuluh darah vena sehingga terjadi peningkatan suhu badan sekitar 0,5 oC yang bukan merupakan keadaan patologis atau menyimpang pada hari pertama. Perlukaan karena persalinan merupakan tempat masuknya kuman kedalam tubuh, sehingga menimbulkan infeksi pada kala nifas. Infeksi kala nifas adalah infeksi peradangan pada semua alat genitalia pada masa nifas oleh sebab apapun dengan ketentuan meningkatnya suhu badan melebihi 38 oC tanpa menghitung hari pertama dan berturut-turut selama dua hari.
Gambaran klinis infeksi umum dapat dalam bentuk :
1. Infeksi Lokal
1. Pembengkakan luka episiotomi.
2. Terjadi penanahan.
3. Perubahan warna lokal.
4. Pengeluaran lochia bercampur nanah.
5. Mobilisasi terbatas karena rasa nyeri.
6. Temperatur badan dapat meningkat.

2. Infeksi General
1. Tampak sakit dan lemah.
2. Temperatur meningkat diatas 39 oC.
3. Tekanan darah dapat menurun dan nadi meningkat.
4. Pernapasan dapat meningkat dan napas terasa sesak.
5. Kesadaran gelisah sampai menurun dan koma.
6. Terjadi gangguan involusi uterus.
7. Lochia : berbau, bernanah serta kotor.
Faktor Predisposisi Infeksi Masa Nifas
Faktor predisposisi infeksi masa nifas diantaranya adalah :
1.                Persalinan berlangsung lama sampai terjadi persalinan terlantar.
2.                Tindakan operasi persalinan.
3.                Tertinggalnya plasenta selaput ketuban dan bekuan darah.
4.                Ketuban pecah dini atau pada pembukaan masih kecil melebihi enam jam.
5.                Keadaan yang dapat menurunkan keadaan umum, yaitu perdarahan antepartum dan post partum, anemia pada saat kehamilan, malnutrisi, kelelahan dan ibu hamil dengan penyakit infeksi.
2.5.3. Terjadinya Infeksi Masa Nifas
Terjadinya infeksi masa nifas adalah sebagai berikut:
1.                Manipulasi penolong: terlalu sering melakukan pemeriksaan dalam, alat yang dipakai kurang suci hama.
2.                Infeksi yang didapat di rumah sakit (nosokomial).
3.                Hubungan seks menjelang persalinan.
4.                Sudah terdapat infeksi intrapartum: persalinan lama terlantar, ketuban pecah lebih dari enam jam, terdapat pusat infeksi dalam tubuh (lokal infeksi).

2.5.4. Keadaan abnormal pada rahim
Beberapa keadaan abnormal pada rahim adalah :
1. Sub involusi uteri.
Proses involusi rahim tidak berjalan sebagaimana mestinya, sehingga proses pengecilan rahim terhambat. Penyebab terjadinya sub involusi uteri adalah terjadinya infeksi pada endometrium, terdapat sisa plasenta dan selaputnya, terdapat bekuan darah, atau mioma uteri.

2. Pendarahan masa nifas sekunder.
Adalah pendarahan yang terjadi pada 24 jam pertama. Penyebabnya adalah terjadinya infeksi pada endometrium dan terdapat sisa plasenta dan selaputnya.
3. Flegmansia alba dolens.
Merupakan salah satu bentuk infeksi puerpuralis yang mengenai pembuluh darah vena femoralis. Gejala kliniknya adalah :
1. Terjadi pembengkakan   pada tungkai.
2. Berwarna putih.
3. Terasa sangat nyeri.
4. Tampak bendungan pembuluh darah.
5. Temperatur badan dapat meningkat.
Keadaan abnormal pada payudara
Beberapa keadaan abnormal yang mungkin terjadi adalah :
1. Bendungan ASI
Disebabkan oleh penyumbatan pada saluran ASI. Keluhan mamae bengkak, keras, dan terasa panas sampai suhu badan meningkat.
2. Mastitis dan Abses Mamae
Infeksi ini menimbulkan demam, nyeri lokal pada mamae, pemadatan mamae dan terjadi perubahan warna kulitmamae.
Keadaan abnormal pada psikologis
1. Psikologi Pada Masa Nifas
Perubahan emosi selama masa nifas memiliki berbagai bentuk dan variasi. Kondisi ini akan berangsur-angsur normal sampai pada minggu ke 12 setelah melahirkan.
Pada 0 – 3 hari setelah melahirkan, ibu nifas berada pada puncak kegelisahan setelah melahirkan karena rasa sakit pada saat melahirkan sangat terasa yang berakibat ibu sulit beristirahat, sehingga ibu mengalami kekurangan istirahat pada siang hari dan sulit tidur dimalam hari.
Pada 3 -10 hari setelah melahirkan, Postnatal blues biasanya muncul, biasanya disebut dengan 3th day blues. Tapi pada kenyataanya berdasarkan riset yang dilakukan paling banyak muncul pada hari ke lima. Postnatal bluesadalah suatu kondisi dimana ibu memiliki perasaan khawatir yang berlebihan terhadap kondisinya dan kondisi bayinya sehingga ibu mudah panik dengan sedikit saja perubahan pada kondisi dirinya atau bayinya.
Pada 1 – 12 minggu setelah melahirkan, kondisi ibu mulai membaik dan menuju pada tahap normal. Pengembalian kondisi ibu ini sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungannya, misalnya perhatian dari anggota keluarga terdekat. Semakin baik perhatian yang diberikan maka semakin cepat emosi ibu kembali pada keadaan normal.
2. Depresi Pada Masa Nifas
Riset menunjukan 10% ibu mengalami depresi setelah melahirkan dan 10%-nya saja yang tidak mengalami perubahan emosi. Keadaan ini berlangsung antara 3-6 bulan bahkan pada beberapa kasus terjadi selama 1 tahun pertama kehidupan bayi.
Penyebab depresi terjadi karena reaksi terhadap rasa sakit yang muncul saat melahirkan dan karena sebab-sebab yang kompleks lainnya. Berdasarkan hasil riset yang dilakukan menunjukan faktor-faktor penyebab depresi adalah terhambatnya karir ibu karena harus melahirkan, kurangnya perhatian orang-orang terdekat terutama suami dan perubahan struktur keluarga karena hadirnya bayi, terutama pada ibu primipara.
 

INFEKSI NIFAS DAN KETUBAN PECAH DINI

INFEKSI NIFAS
A. PENDAHULUANIstlah infeksi nifas mencakup semua peradangan yang disebabkan oleh masuknya kuman-kuman ke dalam alat-alat genetal pada waktu persalinan dan nifas. Infeksi ini merupakan penyebab kematian maternal, di negara-negara sedang berkembang, dengan pelayanan kebidanan yang masih jauh dari sempurna, peran infeksi nifas masih besar (Sarwono, 2006. hal : 690).

B. PENYEBAB TERJADINYA INFEKSI NIFAS DAN PENANGGULANGAN
1. Penyebab
Infeksi nifas dapat terjadi karena tangan pemeriksa atau penolong yang tertutup sarung tangan pada pemeriksaan dalam atau operasi membawa bakteri yang sudah ada dalam vagina kedalam uterus. Kemungkinan lain adalah sarung tangan atau alat-alat terkena kontaminasi bakteri yang berasal dari hidung atau tenggorokan dokter atau pembantu-pembatunya. (Sarwono, 2006, hal : 691).
Beberapa faktor yang mempengaruhi antara lain : kurangnya gizi atau malnutrisi, anemia, kelelahan, proses persalinan bermasalah yakni partus lama/macet, persalinan traumatik, kurang baiknya proses pencegahan infeksi, manipulasi yang berlebihan dan dapat berlanjut dalam masa nifas, (Abdul Bari Saifuddin, 2006. hal : 260).

2. Penanggulangan
Usaha-usaha pencegahan terdiri dari atas membatasi sebanyak mungkin kuman-kuman dalam jalan lahir, menjaga supaya persalinan tidak berlarut-larut, menyelesaikan persalinan dengan trauma sedikit mungkin.
Pengobatan dengan antibiotik memegang peranan yang sangat penting dalam pengobatan infeksi nifas. Jenis antibiotika yang baik yang mempunyai khasiat yang nyata terhadap kuman-kuman yang menjadi penyabab infeksi nifas. Disamping pengobatan dengan antibiotika, tindakan-tindakan untuk mempertinggi daya tahan tubuh tetap di perlukan. Perawatan sangatlah penting, makanan yang mengandung zat-zat yang diperlukan hendaknya diberikan dengan cara yang cocok dengan keadaan penderita, bila perlu tranfusi darah dilakukan. (Sarwono, 2006, hal : 699).
Bila infeksi dalam dan melibatkan otot dan menyebabkan nekrosis halus berlubang, lakukan jahitan sekunder 2 – 4 minggu setelah infeksi membaik. Berikan nasehat kebersihan dan pemakaian pembalut yang bersih dan sering di ganti. (Abdul Bari Saifuddin, 2006, hal : 264).

C. KESIMPULAN
Infeksi nifas adalah mencakup semua peradangan yang disebabkan oleh masuknya kuman-kuman ke dalam alat-alat genital pada waktu persalinan dan nifas, infeksi nifas dapat terjadi karena kuman pemeriksa atau penolong, penanggulangan membatasi sebanyak mungkin kuman-kuman dalam jalan lahir.

DAFTAR PUSTAKA
Prawirohardjo, Sarwono, 2006, Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo : Jakarta.
Saifuddin, Abdul Bari, 2006, Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo : Jakarta.

KETUBAN PECAH DINI

A. PENDAHULUAN
Ketuban pecah dini (KPD) adalah suatu keadaan dimana selaput ketuban pecah pada kehamilan yang telah viable dan 6 jam setelah itu tidak diikuti dengan terjadinya persalinan (Achadiat, Chrisdiono M, 2004 : 81).

Kebanyakan ibu dengan KPD akan mengalami persalinan spontan dan hasilnya baik. Namun, ada bahaya yang berhubungan dengan ketuban pecah meliputi infeksi, tali pusat menumbung, infeksi latrogenik, asenden dari pemeriksaan vagina dan perlunya indukasi atau augmentasi persalinan dengan intervensi yang sesuai. (Chapman, Vicky, 2006 : 6).





B. MASALAH DAN PENANGULANGAN

1. Masalah

a. Keluarnya cairan berupa air-air dari vagina setelah kehamilan berusia 22 minggu.
b. Ketuban dinyatakan pecah dini jika terjadi sebelum proses persalinan berlangsung.
c. Pecahnya selaput ketuban dapat terjadi pada kehamilan preterm sebelum kehamilan 37 minggu maupun kehamilan aterm.

2. Penanggulangan
a. Penanganan umum
1) Konfirmasi usia kehamilan, kalau ada dengan USG.
2) Lakukan pemeriksaan inspekulo (dengan spekulum DTT) untuk menilai cairan yang keluar (jumlah, warna,bau) dan membedakannya dengan urin.
3) Jika ibu mengelum perdarahan pada akhir kehamilan (setelah 22 minggu), jangan lakukan pemeriksaan dalam secara digital.
4) Tentukan ada tidaknya infeksi.
5) Tentukan tanda-tanda inpartu.
b. Penanganan khusus
1) Bau cairan ketuban yang khas
2) Jikamkeluarnya cairan ketuban sedikit-sedikit, tampung cairan yang keluar dan nilai satu jam kemudian.
3) Dengan spekulum DTT, lakukan pemeriksaan inspekulo. Nilai apakah cairan keluar melalui ostium uteri atau terkumpul di forniks posterios. Jangan lakukan pemeriksaan dalam dengan jari, karena tidak membantu diagnosis dan dapat mengundang inspeksi.
4) Jika mungkin, lakukan :
- Tes lakmus (tes nitrazin), jika kertas lakmus merah berubah berubah menjadi biru menunjukkan adanya cairan ketuban (alkalis) darah dan infeksi vagina dapat menghasilkan tes yang positif – palsu.
- Tes pakis, jangan meneteskan cairan ketuban pada gelas objek dan biarkan kering. Pemeriksaan mikroskopik menunjukkan kristal cairan amnion dan gambaran daun pakis. (Syaefuddin, Abdul Bari, 2002 ; M – 112 – M – 114).

C. KESIMPULAN
Pengelolaan ketuban pecah dini (KPD) merupakan masalah yang masih konstraversial dalam kebidanan. Pengelolaan yang optimal dan baku masih belum ada, selalu berubah. KPD seringkali menimbulkan konsekuensi yang dapat menimbulkan mordibitas dan mortalitas pada ibu maupun bayi terutama kematian perinatal yang cukup tinggi ini antara lain di sebabkan karena kematian akibat kurang bulan dan kejadian infeksi yang meningkat karena partus tak maju, partus lama dan partus buatan yang sering dijumpai pada pengelolaan kasus KPD terutama pada pengelolaan konservatif.



Defenisi
Infeksi nifas adalah infeksi bakteri pada traktus genitalia, terjadi sesudah melahirkan, ditandai kenaikan suhu sampai 38 derajat selsius atau lebih selama 2 hari dalam 10 hari pertama pasca persalinan, dengan mengecualikan 24 jam pertama.
Etiologi
Organisme yang menyerang bekas implantasi plasenta atau laserasi akibat persalinan adalah penghuni normal serviks dan jalan lahir, mungkin juga dari luar. Biasanya lebih dari satu spesies. Kuman anaerob adalah kokus gram positif (peptostreptokok, peptokok, bakteriodes dan clostridium). Kuman aerob adalah berbagai macam gram positif dan E. coli. Mikoplasma dalam laporan terakhir mungkin memegang peran penting sebagai etiologi infeksi nifas.
Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi infeksi nifas, yaitu :
- Semua keadaan yang dapat menurunkan dayaa tahan tubuh, seperti perdarahan
yang banyak, pre eklampsia; juga infeksi lain seperti pneumonia, penyakit
jantung, dsb.
- Partus lama, terutama partus dengan ketuuban pecah lama.
- Tindakan bedah vaginal yang menyebabkan perlukaan jalan lahir.
- Tertinggalnya sisa plasenta, selaput kettuban dan bekuan darah.

Manifestasi Klinis
Infeksi nifas dapat dibagi atas 2 golongan, yaitu :
1. Infeksi yang terbatas pada perineum, vulva, vagina, serviks, dan endometrium.
2. Penyebaran dari tempat-tempat tersebut melalui vena-vena, jalan limfe danpermukaan endometrium.
Infeksi perineum, vulva, vagina, dan serviks :
- Gejalanya berupa rasa nyeri dan panas paada tempat infeksi, kadang-kadang perih
saat kencing.
- Bila getah radang bisa keluar, biasanya keadaannya tidak berat, suhu sekitar 38
derajat selsius dan nadi dibawah 100 per menit. Bila luka yang terinfeksi, tertutup
jahitan dan getah radang tidak dapat keluar, demam bisa naik sampai 39-40
derajat selsius, kadang-kadang disertai menggigil.
Endometritis :
- Kadang-kadang lokia tertahan dalam uteruus oleh darah, sisa plasenta dan selaput
ketuban yang disebut lokiometra dan dapat menyebabkan kenaikan suhu.
- Uterus agak membesar, nyeri pada perabaaan dan lembek.
Septikemia :
- Sejak permulaan, pasien sudah sakit dan lemah.
- Sampai 3 hari pasca persalinan suhu meniingkat dengan cepat, biasanya disertai
menggigil.
- Suhu sekitar 39-40 derajat selsius, keaddaan umum cepat memburuk, nadi cepat
(140-160 kali per menit atau lebih).
- Pasien dapat meninggal dalam 6-7 hari paasca persalinan.
Piemia :
- Tidak lama pasca persalinan, pasien sudaah merasa sakit, perut nyeri dan suhu
agak meningkat.
- Gejala infeksi umum dengan suhu tinggi sserta menggigil terjadi setelah kuman
dengan emboli memasuki peredaran darah umum.                                                                              
- Ciri khasnya adalah berulang-ulang suhu meningkat dengan cepat disertai
menggigil lalu diikuti oleh turunnya suhu.     
- Lambat laun timbul gejala abses paru, pnneumonia dan pleuritis.

Peritonitis :
- Pada peritonotis umum terjadi peningkataan suhu tubuh, nadi cepat dan kecil, perut
kembung dan nyeri, dan ada defense musculaire.
- Muka yang semula kemerah-merahan menjadii pucat, mata cekung, kulit muka
dingin; terdapat fasies hippocratica.
- Pada peritonitis yang terbatas didaerah pelvis, gejala tidak seberat peritonitis
umum.
- Peritonitis yang terbatas : pasien demamm, perut bawah nyeri tetapi keadaan
umum tidak baik.
- Bisa terdapat pembentukan abses.

Selulitis pelvik :
- Bila suhu tinggi menetap lebih dari satuu minggu disertai rasa nyeri di kiri atau
kanan dan nyeri pada pemeriksaan dalam, patut dicurigai adanya selulitis pelvika.
- Gejala akan semakin lebih jelas pada perrkembangannya.
- Pada pemeriksaan dalam dapat diraba tahaanan padat dan nyeri di sebelah uterus.
- Di tengah jaringan yang meradang itu bissa timbul abses dimana suhu yang mula-
mula tinggi menetap, menjadi naik turun disertai menggigil.
- Pasien tampak sakit, nadi cepat, dan nyeeri perut.

Diagnosis
Untuk penegakan diagnosa diperlukan pemeriksaan seksama. Perlu diketahui apakah infeksi terbatas pada tempat masuknya kuman ke dalam badan atau menjalar keluar ke tempat lain. Pasien dengan infeksi meluas tampak sakit, suhu meningkat, kadang-kadang menggigil, nadi cepat dan keluhan lebih banyak.
Jika fasilitas ada, lakukan pembiakan getah vagina sebelah atas dan pada infeksi yang berat diambil darah untuk maksud yang sama. Usaha ini untuk mengetahui etiologi infeksi dan menentukan pengobatan antibiotik yang paling tepat.
Diagnosis Banding
Radang saluran pernapasan (bronkitis, pneumonia, dan sebagainya), pielonefritis, dan mastitis.
Penatalaksanaan
Pencegahan infeksi nifas :
- Anemia diperbaiki selama kehamilan. Beriikan diet yang baik. Koitus pada kehamilan tua sebaiknya dilarang.
- Membatasi masuknya kuman di jalan lahir selama persalinan. Jaga persalinan
agar tidak berlarut-larut. Selesaikan persalinan dengan trauma sesedikit
mungkin. Cegah perdarahan banyak dan penularan penyakit dari petugas dalam
kamar bersalin. Alat-alat persalinan harus steril dan lakukan pemeriksaan hanya
bila perlu dan atas indikasi yang tepat.
- Selama nifas, rawat higiene perlukaan jaalan lahir. Jangan merawat pasien dengan
tanda-tanda infeksi nifas bersama dengan wanita sehat yang berada dalam masa
nifas.
Penanganan infeksi nifas :
- Suhu harus diukur dari mulut sedikitnya 4 kali sehari.
- Berikan terapi antibiotik.
- Perhatikan diet.
- Lakukan transfusi darah bila perlu.
- Hati-hati bila ada abses, jaga supaya naanah tidak masuk ke dalam rongga
perineum.

Prognosis
Prognosis baik bila diatasi dengan pengobatan yang sesuai. Menurut derajatnya, septikemia merupakan infeksi paling berat dengan mortalitas tinggi, diikuti peritonitis umum dan piemia.