BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Derajat
kesehatan merupakan pecerminan kesehatan perorangan, kelompok, maupun
masyarakat yang digambarkan dengan umur harapan hidup, mortalitas, morbiditas,
dan status gizi masyarakat. Sehat dapat mencakup pengertian yang sangat luas,
yakni bukan saja bebas dari penyakit tetapi juga tercapainya keadaan
kesejahteraan baik fisik, sosial dan mental.
Derajat
kesehatan yang optimal akan dilihat dari unsur kualitas hidup serta unsur-unsur
mortalitas yang memengaruhinya, yaitu morbiditas dan status gizi. Untuk kualitas
hidup, yang digunakan sebagai indikator adalah angka harapan hidup waktu lahir
(Lo). Sedangkan untuk mortalitas telah disepakati lima indikator yaitu angka
kematian bayi (AKB) per 1000 kelahiran hidup, angka kematian balita (AKABA) per
1000 kelahiran hidup, angka kematian pneumonia pada balita per 1000 balita,
angka kematian diare pada balita per 1000 balita per 1000 balita dan Angka
Kematian Ibu melahirkan (AKI) per 1000 kelahiran.
Menurut
Susenas 2001 Angka Kematian Balita di Indonesia sebesar 68 per 1000 kelahiran
hidup, maka 340 ribu anak meninggal pertahun sebelum usia lima tahun dan
diantaranya 155 ribu adalah bayi sebelum berusia satu tahun. Dari seluruh
kematian tersebut sebagian besar disebabkan oleh infeksi saluran pernapasan
akut, diare dan gangguan perinatal/neonatal.
B.
Manfaat Penulisan
Sebagaimana
diketahui, derajat kesehatan merupakan pecerminan kesehatan perorangan,
kelompok, maupun masyarakat yang digambarkan dengan umur harapan hidup,
mortalitas, morbiditas, dan status gizi masyarakat. Sehat dapat mencakup
pengertian yang sangat luas, selain bebas dari penyakit tetapi juga tercapainya
keadaan kesejahteraan baik fisik, sosial dan mental.
Makalah ini
dimaksudkan untuk lebih menggali masalah yang membahas mengenai Balita Sakit. Dengan makalah ini, diharapkan
agar petugas kesehatan lebih punya Wawasan tentang masalah ini.
C.
Rumusan Masalah
Rumusan masalah Dalam
makalah ini yaitu:
1)
Apa penyebab balita
sakit?
2)
Bagaimana Tindakan
ASKEB varney dan soap yang akan dilakukan pada balita yang sakit?
D.
Metode Penelitian
Metode yang digunakan untuk pendokumentasian asuhan kebidanan adalah
metode SOAP dengan menggunakan pola pikir manajemen kebidanan Varney.
E.
Sistematika Penulisan
Sistemetika penulisan ini
adalah sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Dalam bab ini penulis menjelaskan
tentang latar belakang dalam penulisan, serta sistematika penulisan.
BAB II : TINJAUAN TEORI
Dalam bab ini penulis mengemukakan
tentang Balita Sakit dan tindakan yang dilakukan.
BAB III : TINJAUN KASUS
Dalam bab
ini dilakukan asuhan kebidanan Balita Sakit tindakan yang dilakukan.
BAB II PEMBAHASAN
A.
Proses
Kasus Balita Sakit
a.
Tanda bahaya
umum (tidak dapat minum atau menyusu, memuntahkan isi semua lambung, kejang,
latergi, atau tidak sadar).
Pada umumnya, anak-anak yang mempunyai
tanda bahaya tergolong kasus klasifikasi berat.
b.
Pnemonia.
Pnemonia adalah proses infeksi akut
yang mengenai jaringan paru (alveoli), sering kali disertai proses infeksi akut
pada bronkus sehingga disebut pnemunia dan bronko-pnemonia.
Klasifikasi
pnemonia
1) anak 2-5 bulan:
- pnemonia berat
- pnemonia
- bukan pnemonia (batuk tanpa disertai peningkatan prekuensi pernafasan)
- pnemonia berat
- pnemonia
- bukan pnemonia (batuk tanpa disertai peningkatan prekuensi pernafasan)
2) pnemonia yang berlangsung < 2 bulan
- infeksi yang serius
- infeksi bakteri lokal
- infeksi yang serius
- infeksi bakteri lokal
3) pnemonia berat
- batuk
- sukar bernafas
- sesak
- tarikan ujung dada bagian bawah ke dalam
- batuk
- sukar bernafas
- sesak
- tarikan ujung dada bagian bawah ke dalam
Faktor
resiko yang meningkatkan insiden pnemonia
Ø usia <2 bulan
Ø laki-laki
Ø gizi kurang
Ø berat badan lebih rendah
Ø tidak mendapatkan asi yang memadai
Ø polusi udara
Ø kepadatan penduduk
Ø imunisasi tidak memadai
Ø devisiensi vitamin A
Ø pemberian makanan tambahan terlalu dini
Ø membedong anak
c.
Diare.
Klasifikasi
diare meliputi tanpa dehidrasi, dehidrasi ringan/sedang, dan dehidrasi berat.
Etiologi diare meliputi infeksi(bakteri E.Colli ), virus(rata virus),
parasit(amoeba), malabsorbsi, alergi, keracunana, defisiensi imun, atau sebab
lain.
Penilaian Derajat Dehidrasi
Ø keadaan umum
Ø mata
Ø air mata
Ø mulut dan lidah
Ø rasa haus
Ø baik, sadar
Ø normal
Ø ada
Ø basah
Ø Minum biasa, tidak haus
Ø gelisah, rewel
Ø cekung
Ø tidak ada
Ø sangat kering
Ø haus, ingin minum banyak
Ø lesu, lunglai/tidak sadar
Ø sangat cekung
Ø tidak ada
Ø Sangat kering
Ø malas, tidak mau minum
Periksa turgor kulit Kembali cepat Kembali
lambat Kembali sangat lambat
Derajat dehidrasi Tanpa dehidrasi Dehidrasi ringan, jika ada 1 tanda tambahan atau lebih Dehidrasi berat, jika ada 1 tambahan atau lebih.
Derajat dehidrasi Tanpa dehidrasi Dehidrasi ringan, jika ada 1 tanda tambahan atau lebih Dehidrasi berat, jika ada 1 tambahan atau lebih.
Klasifikasi Tindakan Tanpa Rujukan
Segera.
·
Pneumonia
Antibiotik yang tepat
·
Kapan harus
kembali dan kapan harus kembali segera
·
Batuk (bukan
pneumonia) Beritahu cara melegakan tenggorokan
·
Kapan harus
kembali
·
Dehidrasi
ringan/sedang Beri cairan oralit/rencana terapi B
·
ASI dan
makanan/minuman yang lain tetap diberikan setelah 3 jam pengobatan oralit
·
Tanpa dehidrasi
Rencana terapi A:
·
Beri cairan
tambahan
·
Lanjutkan pemberian
makanan
·
Kapan harus
kembali
·
Diare persisten
Pemberian makanan khusus
·
Disentri Beri
antbiotik untuk shigella (60% kasus)
·
Atasi dehidrasi
·
Demam mungkin
bukan malaria (risiko rendah malaria) Beri antipiretik (parasetamol)
·
Kembali jika
panas tidak turun dalam 2 hari
·
Pengobatan lain
sesuai penyebab
·
Demam (mungkin
DBD) Beri oralit
·
Beri antipiretik
(parasetamol)
·
Kapan harus
kembali
·
Demam (mungkin
bkan DBD) Beri antipiretik (parasetamol)
·
Segera kembali
jika 2 hari masih tetap demam
·
Cari penyebab
lain
·
Campak dengan
komplikasi Berikan vitamin A.
Klasifikasi Tindakan segera
pra-rujukan
·
Pneumonia berat
atau penyakit lainnya Beri dosis pertama antibiotic
·
Diare persisten
berat Perubahan diet
·
Pemeriksaan
laboratorium
·
Tangani dehidrasi
·
Penyakit berat
dengan demam
·
Beri dosis
pertama antibiotic
·
Antipiretik
(parasetamol) jika suhu > 38,5 0C
·
Suntikan
kinin/endemis malaria
·
Ambil sampel
darah
·
Campak dengan
komplikasi berat Beri dosis pertama antibiotic
·
Vitamin A
·
Salep mata untuk
mata keruh atau nanah dari mata
·
Demam berdarah
dengue (DBD) Tanda-tanda syok
·
Kendalikan kadar
glukosa
·
Antipiretik
(parasetamol) jika suhu > 38,5 0C
·
Mastoiditis Beri
dosis pertama antibiotic
·
Dehidrasi berat
Rencana terapi C
·
Kendalikan kadar
glukosa
·
Antibiotik untuk
kolera (edemis kolera)
·
Gizi buruk dan
anemia Beri satu dosis vitamin A tanpa menghiraukan status pemberian vitamin A
sebelumnya
Daftar tindakan segera pra-rujukan
(cukup dosis pertama).
·
Beri antibiotic
yang sesuai.
·
Beri kinin untuk
malaria berat.
·
Beri vitamin A.
·
Mulai beri cairan
IV untuk anak DBD dengan syok.
·
Lakukan tindakan
untuk mencegah turunnya kadar gula darah.
·
Beri obat
antimalaria oral.
·
Beri parasetamol
untuk panas tinggi/nyeri akibat mastoiditis.
·
Beri salep mata
tetrasiklin atau kloramfenikol.
·
Beri oralit
sedikit demi sedikit dalam perjalanan ke rumah sakit.
Jika dibutuhkan rujukan anak.
·
Jelaskan
pentingnya rujukan dan minta persetujuan.
·
Hilangkan
kekhawatiran.
·
Tulis surat
rujukan.
·
Beri peralatan
dan instruksi yang diperlukan pada ibu/pengantar untuk merawat selama di
perjalanan.
Jika bayi mengalami kesulitan minum, diberi
ASI kurang dari 8 kali dalam 24 jam, diberi minuman atau makanan lain selain
ASI, berat badan rendah menurut usia dan tidak ada indikasi untuk dirujuk
segera ke rumah sakit, lakukan Penilaian Pemberian ASI.
Ø Tanyakan apakah bayi telah diberi ASI beberapa
jam sebelmunya.
Ø Lihat cara pemberian ASI.
Ø Apakah bayi dapat melekat dengan baik (posisi
dagu, mulut, bibir, dan areola [4 tanda]).
Ø Apakah bayi mengisap degan efektif.
Ø Bersihkan hidung yang tersumbat
Klasifikasi Masalah Pemberian
Minum/ASI
Ø Gejala Klasifikasi Tidak dapat minum atau Sama
sekali tidak melekat pada payudara atau Tidak dapat menghisap sama sekali.
Ø Melekak kurang baik atau Menghisap kurang
efektif atau Pemberiann ASI kurang dari 8 kali dalam 24 jam.
Ø Mendapat makanan atau minuman lain selain ASI
atau Berat badan menurun usia rendah atau Terdaat trush(luka atau bercaj di
mulut).
Ø Berat badan menurun usia rendah dan tidak ada
tanda pemberian minum yang kurang kuat Tidak dapat minum mungkin terdapat
infeksi bakteri serius.
Ø Masalah pemberian minum atau berat badan
rendah atau Tidak ada massalah pemberian minum
Jika
rujukan tidak memungkinkan, beri penisilin prokain sekali sehari dan gentamisin
tiap 12 jam sekali, diberikan selama 5 hari. Pemberiannya dengan spuit 1 ml.
Antibiotik oral pilihan pertama adalah kontrimoksazol ( hindari pemakaian pada
bayi kurang dari 1 bulan yang prematur atau kunung) dan pilihan kedua adalah
amoksisilin.
Tindakan
Lanjut rujukan
a. Pneumonia
Sesudah 2 hari munculnya gejala lakukan pemeriksaan untuk menentukan adanya tanda bahaya umum, lakukan penilaian utuk batuk/sukar bernafas. Tanyakan apakah anak bernafas dengan lambat, apakah nafsu makan anak membaik. Jika ada tanda bahaya umum dan tarikan dinding dada, beri dosis pertama antibiotik pilihan kedua, kemudian rujuk dengan segera. Jika ferkuensi nafas atau nafsu makan tidak menunjukan perbaikan ganti dengan antibiotik pilihan kedua dan kembali 2 hari kemudian. Jika nafas melambat atau nafsu makan membaik, lanjutkan antibiotik sampai 5 hari.
Sesudah 2 hari munculnya gejala lakukan pemeriksaan untuk menentukan adanya tanda bahaya umum, lakukan penilaian utuk batuk/sukar bernafas. Tanyakan apakah anak bernafas dengan lambat, apakah nafsu makan anak membaik. Jika ada tanda bahaya umum dan tarikan dinding dada, beri dosis pertama antibiotik pilihan kedua, kemudian rujuk dengan segera. Jika ferkuensi nafas atau nafsu makan tidak menunjukan perbaikan ganti dengan antibiotik pilihan kedua dan kembali 2 hari kemudian. Jika nafas melambat atau nafsu makan membaik, lanjutkan antibiotik sampai 5 hari.
b. Diare per sisten
Setelah 5 hari mulainya diare, jika belum berhenti lakukan penilaian ulang lengkap, beri pengobatan yang sesuai dan lakukan rujukan. Jika diare berhenti anjurkan pemberian makan yang sesuai degan usia anak.
Setelah 5 hari mulainya diare, jika belum berhenti lakukan penilaian ulang lengkap, beri pengobatan yang sesuai dan lakukan rujukan. Jika diare berhenti anjurkan pemberian makan yang sesuai degan usia anak.
c. Disentri
Setelah 2 hari munculnya gejala, tanyakan apakah diare berkurang, apakah jumlah darah dalam tinja berkurang, apakah nafsu makan anak membaik. Jika dehidrasi atasi dehidrasi. Jika diare jumlah tinja dan nafsu makan tetap/memburuk ganti dengan antibiotik pilihan untuk shigella, dan kembali 2 hari kemudian (keculai usia kurang dari 12 bulan dengan dehidrasi pada kunjungan pertama atau campak dalam 3 bulan terakhir harus dilakukan rujukan). Jika diare berkurang, jumlah darah berkurang dan nafsu makan membaik lanjutkan antibiotik hingga selesai.
Setelah 2 hari munculnya gejala, tanyakan apakah diare berkurang, apakah jumlah darah dalam tinja berkurang, apakah nafsu makan anak membaik. Jika dehidrasi atasi dehidrasi. Jika diare jumlah tinja dan nafsu makan tetap/memburuk ganti dengan antibiotik pilihan untuk shigella, dan kembali 2 hari kemudian (keculai usia kurang dari 12 bulan dengan dehidrasi pada kunjungan pertama atau campak dalam 3 bulan terakhir harus dilakukan rujukan). Jika diare berkurang, jumlah darah berkurang dan nafsu makan membaik lanjutkan antibiotik hingga selesai.
d. Malaria
Malaria yang dimaksud disini adalah malaria yang terjadi di daerah resiko tinggi atau resiko rendah. Jika anak tetap demam sesudah 2 hari atau demem lgi dalam 14 hari, lakukan penilaian ulang lengkap terhadap gejala utama untuk mencari poenyebab lain dari demam. Tindakan dilkukan jika ada tanda bahaya umum atau kaku duduk, kondisi ini harus diperlakukan sebagai penyakit berat dengan demam. Jika ada penyebab lain dari demam, berikan pengobatan yang sesuai.
Jika malaria merupakan satu 0- satunya penyebab demam periksa sedian darah yang sudah diambil sebelumnya. Jika hasilnya positif falsifarum atau aa infeksi campuran, beri antimalaria pilihan kedua. Jika tetap demem lakukan rujukan. Jika positif untuk vivak berikan klorokuin 3 hari + ¼ tablet primakuin/hari selama 5 hari. Jika negatif lakukan rujukan untuk pemeriksaan lebih lanjut.
Malaria yang dimaksud disini adalah malaria yang terjadi di daerah resiko tinggi atau resiko rendah. Jika anak tetap demam sesudah 2 hari atau demem lgi dalam 14 hari, lakukan penilaian ulang lengkap terhadap gejala utama untuk mencari poenyebab lain dari demam. Tindakan dilkukan jika ada tanda bahaya umum atau kaku duduk, kondisi ini harus diperlakukan sebagai penyakit berat dengan demam. Jika ada penyebab lain dari demam, berikan pengobatan yang sesuai.
Jika malaria merupakan satu 0- satunya penyebab demam periksa sedian darah yang sudah diambil sebelumnya. Jika hasilnya positif falsifarum atau aa infeksi campuran, beri antimalaria pilihan kedua. Jika tetap demem lakukan rujukan. Jika positif untuk vivak berikan klorokuin 3 hari + ¼ tablet primakuin/hari selama 5 hari. Jika negatif lakukan rujukan untuk pemeriksaan lebih lanjut.
e. Demam mungkin bukan malaria
Demam yang terjadi di daerah resiko rendah malaria. Jika tetap demam setelah 2 hari, lakukan penilaian ulang lengkap untuk gejala utama dan penyebab lain. Tindakan dilakukan jika ada tanda bahaya seperti kaku duduk, kondisi ini diperlakukan sebagai penyakit berat dengan demam. Jika ada penyebab lain dari demam, beri pengobatan. Jika malaria merupakan satu – satunya penyebab demam, ambil sedian darah, beri obat antimalaria oral pilihan pertama tanpa menunggu hasil sedian darah, nasihatkan untuk kembali dalam 2 hari jika tetap demam. Jika anak tetap demam selama 7 hari, lakukan rujukan untuk pemeriksaan lebih lanjut.
Demam yang terjadi di daerah resiko rendah malaria. Jika tetap demam setelah 2 hari, lakukan penilaian ulang lengkap untuk gejala utama dan penyebab lain. Tindakan dilakukan jika ada tanda bahaya seperti kaku duduk, kondisi ini diperlakukan sebagai penyakit berat dengan demam. Jika ada penyebab lain dari demam, beri pengobatan. Jika malaria merupakan satu – satunya penyebab demam, ambil sedian darah, beri obat antimalaria oral pilihan pertama tanpa menunggu hasil sedian darah, nasihatkan untuk kembali dalam 2 hari jika tetap demam. Jika anak tetap demam selama 7 hari, lakukan rujukan untuk pemeriksaan lebih lanjut.
f.
Demam bukan malaria
Demem yang terjadi pada daerah tanpa resiko malaria dan tidak ada kunjungan ke daerah dengan resiko malaria. Jika tetap demem setelah 3 hari lakukan penilaian ulkang lengkap terhadap gejala utama untuk mencari penyebab lain. Tindakan dilakukanjika ada tanda umum atau kaku duduk, kondisi ini diperlakukan sebagai penyakit berat dengan demam. Jika ada penyebab lain dari demam berikan pengobatan sesuai lasifikasi. Jika anak tetap demam selama 7 hari, lakukan rujukan untuk pemeriksaan lebih lanjut. Jika tidak diketahui penyebab dememnya anjurkan untuk kembali dalam 2 hari. Jika tetap demam pastikan bahw anak mendapat tambahan cairan dan mau makan.
Demem yang terjadi pada daerah tanpa resiko malaria dan tidak ada kunjungan ke daerah dengan resiko malaria. Jika tetap demem setelah 3 hari lakukan penilaian ulkang lengkap terhadap gejala utama untuk mencari penyebab lain. Tindakan dilakukanjika ada tanda umum atau kaku duduk, kondisi ini diperlakukan sebagai penyakit berat dengan demam. Jika ada penyebab lain dari demam berikan pengobatan sesuai lasifikasi. Jika anak tetap demam selama 7 hari, lakukan rujukan untuk pemeriksaan lebih lanjut. Jika tidak diketahui penyebab dememnya anjurkan untuk kembali dalam 2 hari. Jika tetap demam pastikan bahw anak mendapat tambahan cairan dan mau makan.
g. Campak dengan komplikasi mata atau mulut
Sesudah 2 hari munculnya gejala, perhatikan apakah matanya merah dan ada nanah keluar dari mata? Apakah ada luka di mulut? Bagaimana bau mulut? Pengobatan infeksi mata diberikan jika mata masih bernanah. Jika pemberian obat sudah benar lakukan rujukan tetapi jika salah ajari cara yang benar. Jika mata tidak bernanah dan tidak merah hentikan pengobatan. Pengobatan luka dimulut diberika jika gejala memburuk dan tercium bau busuk. Jika demikian lakukan rujukan. Jika mulut tetap atau makin membaik lakukan pengobatan dengan gentian violet 0,25 % sampai 5 hari.
Sesudah 2 hari munculnya gejala, perhatikan apakah matanya merah dan ada nanah keluar dari mata? Apakah ada luka di mulut? Bagaimana bau mulut? Pengobatan infeksi mata diberikan jika mata masih bernanah. Jika pemberian obat sudah benar lakukan rujukan tetapi jika salah ajari cara yang benar. Jika mata tidak bernanah dan tidak merah hentikan pengobatan. Pengobatan luka dimulut diberika jika gejala memburuk dan tercium bau busuk. Jika demikian lakukan rujukan. Jika mulut tetap atau makin membaik lakukan pengobatan dengan gentian violet 0,25 % sampai 5 hari.
h. Demam munkin DBD dan bukan DBD
Jika tetap demem setelah 2 hari munculnya gejala lakukan penilaian ulang lengkap untuk mencari penyebab lain. Tindakan dilakukan jika ada tanda umum atau kaku duduk kondisi ini diperlakukan sebagai penyakit berat dengan demam. Jika ada penyebab lain berikan pengobatan yang sesuai. Jika ada tanda – tanda DBD kondisi ini diperlakukan sebagai DBD. Jika tetap demem selama 1 minggu lakukan rujukan.
Jika tetap demem setelah 2 hari munculnya gejala lakukan penilaian ulang lengkap untuk mencari penyebab lain. Tindakan dilakukan jika ada tanda umum atau kaku duduk kondisi ini diperlakukan sebagai penyakit berat dengan demam. Jika ada penyebab lain berikan pengobatan yang sesuai. Jika ada tanda – tanda DBD kondisi ini diperlakukan sebagai DBD. Jika tetap demem selama 1 minggu lakukan rujukan.
i.
Masalah pemberian
makan
Setelah 5 hari munculyan masalah lakukan penilaian tentang cara pemberian makan. Nasihat ibu tentang masalah dalam pemberian makanan yang masih ada atau baru dijumpai. Jika ada perubahan yang mendasar minta untuk kunjungan ulang. Jika berat badan menurut usia sangat rendah minta kembali setelah 4 minggu untu evaluasi BB.
Setelah 5 hari munculyan masalah lakukan penilaian tentang cara pemberian makan. Nasihat ibu tentang masalah dalam pemberian makanan yang masih ada atau baru dijumpai. Jika ada perubahan yang mendasar minta untuk kunjungan ulang. Jika berat badan menurut usia sangat rendah minta kembali setelah 4 minggu untu evaluasi BB.
j.
Masalah pemberian minum
Setelah 2 hari munculyan masalah lakukan penilaian tentang cara pemberian minum.beritahu ibu tentang masalah cara pemberian minum. Jika berat badan rendah menurut usia minta ibu melakukan kunjungan ulang setelah 14 hari untuk evaluasi. Jika berat badan tidak rendah lagi minta untuk kmbali 14 hari kemudian untuk imunisasi dan lanjutkan evaluasi sampai BB bertambah lagi. Tindakan juga dilakukan jika tidak yakin akan ada perubahan minum atau berat badan terus turun.
Setelah 2 hari munculyan masalah lakukan penilaian tentang cara pemberian minum.beritahu ibu tentang masalah cara pemberian minum. Jika berat badan rendah menurut usia minta ibu melakukan kunjungan ulang setelah 14 hari untuk evaluasi. Jika berat badan tidak rendah lagi minta untuk kmbali 14 hari kemudian untuk imunisasi dan lanjutkan evaluasi sampai BB bertambah lagi. Tindakan juga dilakukan jika tidak yakin akan ada perubahan minum atau berat badan terus turun.
k. Anemia
Setelah 4 minggu munculnya gejala beri zat besi untuk 4 minggu berikunya dan beritahu untuk kembali 4 minggu kemudian. Jika dalam 8 minggu masih pucat rujuk untuk pemeriksaan lebih lanjut. Jika telapak tangan sudah tidak pucat dalam 8 minggu tidak perlu pengobatan tambahan.
Setelah 4 minggu munculnya gejala beri zat besi untuk 4 minggu berikunya dan beritahu untuk kembali 4 minggu kemudian. Jika dalam 8 minggu masih pucat rujuk untuk pemeriksaan lebih lanjut. Jika telapak tangan sudah tidak pucat dalam 8 minggu tidak perlu pengobatan tambahan.
l.
Infeksi bakteri
lokal
Setelah 2 hari munculnya gejala perhatikan tali pusat bayi apakah merah atau keluar nanah? Apakah kemerahan meluas? Apakah pustula makin banyak atau parah? Tindakan dilakukan jika ada nanah atau kemerahan menetap atau bertambah parah, jika demikian lakukan rujukan. Jika nanah dan kemerahan membaik lanjutkan antibiotik sampai 5 hari.
Setelah 2 hari munculnya gejala perhatikan tali pusat bayi apakah merah atau keluar nanah? Apakah kemerahan meluas? Apakah pustula makin banyak atau parah? Tindakan dilakukan jika ada nanah atau kemerahan menetap atau bertambah parah, jika demikian lakukan rujukan. Jika nanah dan kemerahan membaik lanjutkan antibiotik sampai 5 hari.
m. Luka atau bercak di mulut
Setelah 2 hari gejala trush ini muncul lakukan penilaian terhadap luka di mulut bayi. Jika bertambah parah atau bayi bermasalah dengan menyusui lakukan rujukan. Jika luika menetap atau membaik dan bayi mau menyusui dengan baik lanjutkan dengan gentian violet 0,25 % sampai 5 hari.
Setelah 2 hari gejala trush ini muncul lakukan penilaian terhadap luka di mulut bayi. Jika bertambah parah atau bayi bermasalah dengan menyusui lakukan rujukan. Jika luika menetap atau membaik dan bayi mau menyusui dengan baik lanjutkan dengan gentian violet 0,25 % sampai 5 hari.
B.
Konsep Dasar
Masing-Masing Penyakit Pada Balita Sakit.
1.
Penyakit Infeksi
Penyakit
infeksi merupakan penyakit yang banyak ditemui pada masyarakat. Pembagian
penyakit infeksi dasar utamanya adalah dsari penyebabnya . Adapun faktor
penyebabnya adalah :
·
Bakteri misalnya pada
penyakit difteri, tetanus, TBC, typhus.
·
Virus misalnya pada
penyakit demam berdarah, influenza
·
Jamur misalnya pada
anak-anak yang menderita gangguan Imunologis tanda-tandanya warna putih pada
mulut anak ,bisa juga terjadi pada anak-anak yang menderita penyakit lama yang
menyebabkan daya tahan tubuh menurun.
·
Parasit misalnya pada
malaria dan cacingan.
Memeriksa Kemungkinan Penyakit Sangat Berat Atau Infeksi Bakteri :
·
Apakah bayi tidak mau
minum atau memuntahkan semuanya ?
·
Apakah bayi kejang ?
·
Apakah bayi bergerak
hanya jika dirangsang?
·
Hitung napas dalam 1
menit,
·
Jika ≥ 60 kali/ menit,
ulangi menghitung.Apakah bayi bernapas cepat( ≥ 60 kali/menit) atau bayi
bernapas lambat (< 30 kali/menit).Lihat apakah ada tarikan dinding dada ke
dalam yang sangat kuat.
·
Dengarkan apakah bayi
merintih ?
·
Ukur suhu aksiler.
·
Lihat, adakah pustul
di kulit ?
·
Lihat, apakah mata
bernanah ?
·
Apakah pusar kemerahan
atau bernanah ?
·
Apakah kemerahan
meluas sampai ke dinding perut ?
a.
Penyakit Sangat Berat
Atau Infeksi Bakteri Berat
Tanda / Gejala
Ø Tidak mau minum atau memuntahkan semua
Ø Riwayat Kejang
Ø Bergerak hanya jika dirangsang
Ø Napas cepat ( ≥ 60 kali /menit )
Ø Napas lambat ( < 30 kali / menit )
Ø Tarikan dinding dada kedalam yang sangat kuat
Ø Merintih
Ø Demam ≥ 37.5 °C
Ø Hipotermia berat < 35.5 °C
Ø Nanah yang banyak di mata
Ø Pusar kemerahan meluas ke dinding perut.
b.
Infeksi Bakteri Lokal
Tanda Dan
Gejala
Ø Pustul kulit
Ø Mata bernanah
Ø Pusar kemerahan atau bernana
c. Mungkin Bukan Infeksi
Tidak terdapat salah satu tanda di
atas maka tanyakan.
Apakah Bayi Diare ?
jika YA,
Tanyakan :
Sudah berapa lama ?
Lihat Dan Raba
Lihat keadaan umum bayi, Apakah :
Letargis atau tidak sadar ?
Gelisah/ rewel ?
Apakah matanya cekung ?
Cubit kulit perut,
Apakah kembalinya ?
Sangat lambat ( > 2 detik ) ?
Lambat ?
2.
Diare
Diare
didefinisikan sebagai peningkatan dari frekuensi tinja atau konsistensinya
menjadi lebih lunak sehingga dianggap abnormal oleh ibunya. Untuk keperluan
diagnosis, secara epidemiologis dalam masyarakat, diare didefinisikan sebagai
berak lembek cair sampai cair 3-5 kali perhari.
Diare akut
adalah diare yang terjadi secara mendadak pada bayi dan anak yang sebelumnya
sehat. Penyakit ini ditularkan secara fecal-oral melalui makanan dan minuman
yang tercemar. Diare adalah penyebab utama kesakitan dan kematian pada anak di
negara berkembang. Sekitar 80% kematian yang berhubungan dengan diare terjadi
pada 2 tahun pertama kehidupan. Penyebab utama kematian karena diare adalah
dehidrasi sebagai akibat kehilangan cairan dan elektrolit melalui tinja.
Penyebab diare
akut paling sering adalah faktor infeksi. Pada garis besarnya dibagi menjadi 2
golongan yaitu infeksi parenteral dan enteral. Infeksi enteral merupakan
infeksi dalam usus dimana 50 % diare pada anak disebabkan karena virus.
Diare
didefinisikan sebagai peningkatan dari jumlah tinja dan penurunan konsistensi
tinja dari lembek cair sampai cair, dengan atau tanpa darah dan atau tanpa
lendir di dalam tinja, di mana manifestasi klinik yang utama adalah kehilangan
air dan elektrolit melalui saluran cerna. Untuk keperluan diagnosis, secara
epidemiologis dalam masyarakat, diare didefinisikan sebagai berak lembek cair
sampai cair 3-5 kali perhari. Berdasarkan waktunya, diare dibagi menjadi diare
akut dan diare kronik. Diare kronik adalah diare yang melanjut hingga 2 minggu
atau lebih.
Pembagian
diare menurut Depkes meliputi diare tanpa tanda dehidrasi, dehidrasi ringan
sedang, dan dehidrasi berat. Dehidrasi terjadi bila cairan yang keluar lebih
banyak daripada cairan yang masuk. Diare tanpa tanda dehidrasi terjadi jika
kehilangan cairan <5% BB, diare dehidrasi ringan sedang jika kehilangan
cairan 5-10% BB, dan diare dehidrasi berat jika kehilangan cairan >10% BB.
Apakah Bayi Diare ?
Jika YA,
Tanyakan :
• Sudah berapa lama ?
Lihat Dan Raba
• Lihat keadaan umum bayi, Apakah :
- Letargis atau tidak sadar ?
- Gelisah/ rewel ?
• Apakah matanya cekung ?
• Cubit kulit perut,
Apakah kembalinya ?
- Sangat lambat ( > 2 detik ) ?
- Lambat ?
a.
Diare Dehidrasi Berat
Terdapat 2 atau lebih
tanda berikut :
Ø Letargis atau tidak sadar.
Ø Mata cekung.
Ø Cubitan kulit perut kembalinya sangat lambat
b.
Diare Dehidrasi
Ringan/ Sedang
Terdapat 2 atau lebih
tanda berikut :
Ø Gelisah / rewel.
Ø Mata cekung.
Ø Cubitan kulit perut kembalinya lambat.
c.
Diare Tanpa Dehidrasi
Tanda Dan Gejala
Ø Tidak cukup tanda untuk dehidrasi berat atau ringan / sedang
Ø Bayi muda dikatakan diare apabila terjadi perubahan bentuk feses, lebih
banyak dan lebih cair (lebih banyak air daripada ampasnya).
Ø Pada bayi dengan ASI eksklusif berak biasanya sering dan bentuk feses
lembek.
3.
Ikterus
Pigmen bernama
bilirubin adalah faktor penyebab dari bayi kuning (ikterus) yang harus di
kenali dan waspadai. Sebetulnya, setiap orang memiliki bilirubin dalam sel
darah merahnya. Setiap jangka waktu tertentu sel darah merah akan mati dan
menguraikan sel-selnya diantaranya menjadi bilirubin. Normalnya yang bertugas
menguraikan bilirubin tersebut adalah hati, untuk kemudian dibuang lewat BAB.
Saat bayi masih dalam kandungan, hati sang ibulah yang mengambil tugas
menguraikan bilirubin dalam sel darah merah bayi. Ketika bayi lahir, perkembangan
hatinya belum sempurna sehingga belum dapat menjalankan fungsinya dengan baik.
Akibatnya terjadi penumpukan bilirubin yang kemudian menyebabkan timbulnya
warna kuning pada kulit bayi.
Sebagian
lainnya karena ketidak-cocokan golongan darah ibu dan bayi. Peningkatan kadar
bilirubin dapat diakibatkan oleh pembentukan yang berlebih atau adanya gangguan
pengeluarannya.
Ikterus pada
bayi baru lahir dapat merupakan bentuk fisiologik dan patologik. Yang bersifat
patologik dikenal sebagai hiperbilirubinemia yang dapat mengakibatkan gangguan
saraf pusat atau kematian.
Sampai saat
ini ikterus masih merupakan masalah pada bayi baru lahir, terjadi sekitara 25%
- 50% pada bayi lahir cukup bulan dan lebih tinggi lagi pada bayi lahir kurang
bulan. Pemeriksaan adanya ikterus pada bayi muda dapat dilakukan di rumah dan
pada waktu kunjungan neonatal. Untuk pemeriksaan gejala kuning di rumah adalah
dengan membawa bayi ke dalam ruangan yang memiliki penerangan yang jelas atau
dengan lampu fluorescent. Bila kulit bayi tergolong putih, tekanlah jari anda
secara perlahan-perlahan ke bagian dahi, dada, telapak tangan dan telapak kaki.
Kemudian angkat tangan anda dan perhatikan adakah semburat warna kuning pada
bagian tubuh bayi yang ditekan tadi. Bila kulit bayi tergolong hitam, paling
jelas bisa diteliti pada gusi atau bagian putih di area mata. Sedangkan
pemeriksaan di klinik, dokter anak akan memeriksa kesehatannya. Kadar bilirubin
sendiri baru bergerak pada hari ke 3 atau ke 5 setelah kelahiran. Jadi apakah
tingkat bilirubin bayi anda normal atau tidak, baru diketahui 3 atau 5 hari.
Untuk mengetahuinya, perlu dilakukan pemeriksaan dalam. Bayi akan diambil
darahnya sedikit, biasanya di ujung jari kaki, kemudian diteliti dan diperiksa
di laboratorium.
Sangat penting
untuk mengetahui kapan ikterus timbul, kapan menghilang dan sampai bagian tubuh
mana kuning terlihat. Ketiga hal tersebut harus diketahui dengan pasti untuk
mengklasifikasikan ikterus secara benar. Pada kasus ketidakcocokan golongan
darah ibu dan bayi, ikterus timbul sebelum umur 3 hari.
Klasifikasi ikterus
Untuk
mengklasifikasikannya dilihat dari gejala-gejalanya yaitu:
Ikterus Fisiologis
(ringan)
Ø Timbul kuning pada umur >24 jam sampai <14 hari
Ø Kuning tidak sampai telapak tangan / telapak kaki
Ikterus
fisiologis tidak berbahaya, penanganannya bayi dijemur setiap pagi antara jam 7
- 9 pagi selama 30 - satu jam. Tingkatkan frekuensi pemberian ASI, minimal 8 -
12 kali sehari. Jika dirasakan sudah cukup menyusuinya, sebaiknya perhatikan
apakah bayi benar-benar menghisap atau hanya mengempeng saja. Bila dirasakan
ada masalah dalam menyusui segera lakukan konsultasi di klinik laktasi
terdekat. Bila gejala masih tampak hingga >14 hari segera periksakan ke
dokter.
Ikterus Patologis
(berat)
Ø Timbul kuning pada hari pertama (<24 jam) setelah lahir,atau
Ø Kuning ditemukan pada umur lebih dari 14 hari, atau
Ø Kuning sampai telapak tangan / telapak kaki, atau
Ø Tinja berwarna pucat
Jika tidak
segera ditangani, kadar bilirubin terus meningkat sehingga dapat meracuni otak,
terjadinya kerusakan saraf yang dapat menyebabkan cacat seperti tuli,
pertumbuhan terhambat atau kelumpuhan otak besar atau bahkan dapat menyebabkan
kematian. Jika mengalami salah satu gejala tersebut di atas segera periksakan
bayi ke dokter.
C.
Konsep Dasar Manajemen Asuhan Kebidanan
A.
Asuhan kebidanan adalah aktivitas atau
intervensi yang dilaksanakan oleh bidan kepada klien yang mempunyai
kebutuhan/permasalahan.
B.
Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan
masalah yang digunakakn sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan
tindakan berdasarkan teori ilmiah,penemuan-penemuan,keterampilan,dan rangkain
atau tahapan yang logis untuk pengambilan keputusan yang berfokus pada klien.
C.
Langkah-langkah asuhan kebidanan.
1.
Mengumpulkan data.
Tahap ini merupakan langkah yang akan
menentukan langkah berikutnya,sehingga kelengkapan data sesuai dengan kasus
yang dihadapi akan menetukan proses interpretasi yang benar atau tidak dalam
tahap selanjutnya. Sehingga dalam pendekatan ini harus meliputi data
subyektif,obyektif,dan hasil pemeriksaan.
a.
Data Subyektif
·
Identitas: nama,anak,umur,tanggal
lahir,jenis kelamin,status anak,serta identitas ibu dan ayah.
·
Alas an kunjungan / keluhan utama.
·
Riwayat kehamilan,persalinan,dan nifas
yang lalu.
·
Riwayat kesehatan: riwayat kesehatan sekarang
dan riwayat penyakit keluarga.
·
Pola kebiasaan anak
Pola nutrisi,pola eliminasi,aktivitas,pola
tidur,pola hubungan,dan peran pola kepercayaan
b.
Data Obyektif
·
Pemeriksaan umum:keadan
umum,kesadaran,TTV,BB,TB,lingkar kepala.
·
Pemeriksaan fisik:kepala,muka,mata,hidung,telinga,mulut,leher,dada,perut,lipatan
paha,genitalia,punggung,anus,ekstrimitas atas dan bawah.
2.
Menginterpretasikan data untuk
meningkatkan diagnosa atau masalah.
Pada langkah ini dilakukan identifikasi
terhadap diagnosa atau masalah berdasarkan interpretasi yang benar atas
data-data yang telah dikumpulkan.
3.
Mengidentifikasikan diagnosa/masalah
potensial.
Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah
potensial atau diagnosa potensial berdasarkan diagnosa / masalah yang sudah
diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi,bila memungkinkan dilakukan
pencegahan.
4.
Menetapkan perlunya tindakan segera
oleh bidan atau dokter dan untuk di konsultasikan atau ditangani bersama dengan
anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien.
5.
Menyusun rencana asuhan menyeluruh.
Dalam langkah ini direncanakan asuhan yang
menyeluruh oleh langkah-langkah sebelumnya,langkah ini merupakan kelanjutan
manajemen terhadap masalah atau diagnosa yang telah diidentifikasi /
diantisipasi.
6.
Implementasi.
Pada langkah ke enam ini asuhan rebcana
menyeluruh seperti yang telah di uraikan pada langkah ke lima dilaksanakan
secara efisien dan aman.
7.
Evaluasi.
Pada langkah ke tujuh ini dilaksanakan
evaluasi keefektifan darei asuhan yang sudah diberikan,meliputi pemenuhan
kebutuhan akan bantuan apakah yang benar-benar terpenuhi. Sesuai dengan
kebutuhan sebagaimana telah di identifikasikan di dalam diagnosa dan masalah.
BAB III PENUTUP
A.
Kesimpulan
Di dalam penulisan makalah ini, Penulis
dapat mengambil kesimpulan :
Dengan menggunakan metode SOAP dengan menggunakan pola pikir
manajemen kebidanan Varney maka dapat meningkatkan kemampuan dan ketrampilan dan sikap
yangan harus dilakukan bidan dalam memberikan asuhan secara tepat, cermat.
Dengan metode SOAP dengan menggunakan pola pikir
manajemen kebidanan Varney maka dapat meningkatkan kemammpuan bidan
dalam hal pengetahuan didapatkan hasil pengkajian Asuhan Kebidanan yang
diberikan pada klein yaitu melakukan rehidrasi, memberikan informasi tentang Balita
sakit, memberikan KIE tentang nutrisi dan personal hygiene, anjurkan ibu untuk
mengontrolkan anaknya bila ada keluhan.
B.
Saran
1)
Diharapkan kepada pihak Kebidanan dapat meningkatkan
lagi memberikan promosi kesehatan kepada masyarakat mengenai ASI eksklusif,
hiperbilirubin, dan lain-lain.
2)
Diharapkan pemeriksaan golongan darah pada bayi dapat
dilakukan 1 hari setelah kelahiran atau sebelum bayi pulang agar kelainan pada
bayi dapat terdeteksi sedini mungkin.
3)
Diharapkan Masyarakat dapat meningkatkan pengetahuan
dan wawasannya dalam bidang kesehatan seperti cara pemberian ASI,
hiperbilirubin, pentingnya kunjungan neonatal dan lainnya.
4)
Diharapkan masyarakat lebih aktif dalam meningkatkan
derajat kesehatan jasmani, lingkungan
dan lainnya.
No comments:
Post a Comment