WELCOME TO BLOG SANG PENGHAPUS JEJAK

Wednesday, November 18, 2015

Thursday, November 12, 2015

Pengertian Metode Tanya Jawab



             Dalam proses belajar mengajar guru dan cara mengajarnya merupakan factor penting untuk menimbulkan motivasi belajar siswa terutama dalam belajar di sekolah, bagaimana sikap, dan kepribadian guru, tinggi rendahnya ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh guru dan bagaimana sikap mengajarkan pengetahuan itu kepada siswanya, turut menentukan hasil belajar yang dapat dicapai oleh siswa (Purwanto, dalam Tohri, 2007). Jadi ketika kita mengajar semua yang ada pada seorang guru itu turut menentukan lancarnya prosesnya belajar mengajar, bukan semata-mata dari pandai tidaknya guru menyampaikan materi pelajaran saja.
             Dalam setiap pelaksanaan proses belajar mengajar akan selalu melibatkan individu yang satu dengan yang lain, atau kelompok individu yang lain, sehingga di dalam Tanya jawab pada hakekatnya telah terjadi interaksi dan komunikasi yang bersifat intensif, untuk merumuskan tujuan bersama. Jika diperhatikan makna yang terkandung di dalam metode Tanya jawab merupakan jembatan untuk melatih keterampilan siswa dalam berkomunikasi dengan sesamanya, dimana komunikasi itu adalah alat untuk menyampaikan atau mengungkapkan ide, perasaan, dan buah pikirannya sebagai baik dan manusiawi. Dengan memahami komunikasi, maka tidak ada cara yang lebih efektif dan efisien selain melatih kemampuan siswa untuk berkomunikasi secara baik dan benar melalui berbagai metode yang ada, seperti dengan menggunakan metode Tanya jawab untuk memberikan peluang kepada siswa untuk melatih diri untuk berkomunikasi secara lisan.
             Metode tanya jawab adalah cara penyajian pelajaran dalam bentuk pertanyaan yang harus dijawab, terutama guru kepada siswa tetapi dapat pula dari siswa kepada guru.
Metode tanya memiliki beberapa kelebihan diantaranya adalah sebagai berikut:
1.      Pertanyaan dapat menarik dan memusatkan perhatian siswa sekalipun ketika itu ssiswa sedang rebut, dan yang mengantuk akan kembali tegar dan hilagn rasa kantuknya.
2.      Merangsang siswa untuk melatih dan mengembangkan daya pikir, termasuk daya ingatannya.
3.      Mengembangkan keberanian dan keterampilan siswa dalam menjawab dan mengemukakan pendapatnya.
(S.B. Djamarah, dkk, 1996: 107).
             Jadi penggunaan metode tanya jawab ini dapat mendorong siswa untuk belajar lebih giat lagi, dan juga dapat mengarahkan siswa untuk mampu berpikir dan memecahkan suatu masalah, dengan demikian siswapun seolah-olah sudah terbiasa dan terlatih untuk memecahkan masalah sendiri, karena mereka sudah terbiasa aktif dalam proses belajar mengajar tersebut.
             Faktor penggunaan metode tanya jawab ini ditetapkan mana yang terbaik untuk mencapai suatu tujuan dengan cara yang efisien. Seorang guru yang sangat sedikit atau miskin pengetahuannya tentang metode pencapaian tujuan yang kurang menguasai berbagai mteode dalam mengajar atau mungkin tidak mengetahui adanya metode-metode itu, akan berusaha dengan cara yang tidak wajar. Dalam hal yang demikian akan berakibat rendahnya mutu pelajaran.
             Sebaliknya cara mengajar yang menggunakan berbagai metode dan teknik pengajaran yang didasarkan pengertian dari pihak guru akan dapat memperbesar minat siswa dalam belajar, sebagai akibatnya akan mempertinggi hasil belajar mereka. Dengan mengajak, merangsang, dan memberikan kesempatan kepada para siswa untuk ikut mengemukakan pendapat, belajar mengambil kesimpulan, bekerja dalam kelompok, berdiskusi, dan lain-lain akan membawa siswa kepada suasana belajar yang sesungguhnya, dan bukan pada suasana diajar belaka.
             Dalam metode-metode baru harus membawa suasana interaksi belajar mengajar pada dunia siswa, membtu dan mendorong siswa untuk belajar. Menurut (Anderson, dalam Rasyad, dkk, 1981) mengatakan bahwa “siswa yang kurang terampil membaca akan senantiasa kehilangan butir-butir penalarannya dalam kegiatan bertanya jawab. Jadi sangat diperlukan suatu pemahaman yang secara sistematis tentang efektifitas metode tanya jawab untuk mengungkapkan kemampuan siswa dalam merespon secara lisan, materi-materi pelajaran yang disampaikan oleh gurunya.
             Jika diperhatikan makna yang terkandung dalam metode tanya jawab sebagaimana yang dijelaskan di atas, maka metode tanya jawab merupakan suatu wadah untuk melatih mengungkapkan perasaan dan menumbuhkembangkan tradisi intelektual bagi siswa. Di dalam kegiatan bertanya jawab siswa berlatih atau dilatih untuk berpikir dan berbicara sesuai dengan ide perasaan atau gagasan dari masing-masing individu (Masnur, M, dkk, 1987: 108).

Syarat-Syarat Paragraf yang Baik



            Berdasarkan pendapat Arifin-Tasai (1985: 126) bahwa “Dalam pengembangan paragraf kita harus menyajikan dan mengorganisasikan gagasan menjadi suatu paragraf yang memenuhi persyaratan.” Adapun syarat-syaratnya paragraf yang baik antara lain
1) Kesatuan
Tiap paragraf hanya mengandung satu gagasan pokok atau satu topik. Fungsi paragraf ialah mengembangkan topik tesebut. Oleh karena itu, dalam pengembangannya tidak boleh terdapat unsur-unsur yang sama sekali tidak berhubungan dengan topik atau gagasan tersebut. Penyimpangan akan menyulitkan pembaca. Jadi, suatu paragrap hanya boleh mengandung satu gagasan pokok atau topik. Semua kalimat dalam paragraf harus membicarakan gagasan pokok tersebut.
Paragraf dianggap mempunyai kesatuan jika kalimat-kalimat dalam paragraf itu tidak terlepas dari topiknya atau selalu relevan dengan topik. Semua kalimat berfokus pada topik dan mencegah masuknya hal-hal yang tidak relevan. penulis yang masih dalam taraf belajar (tahap pemula) sering mendapat kesulitan dalam memelihara kesatuan ini. (Zaenal Arifin dan Amran Tasai, 1985: 126).
2) Kepaduan
Syarat kedua yang harus dipenuhi oleh sebuah paragraf adalah koherensi atau kepaduan. Satu paragraf bukanlah merupakan kumpulan atau tumpukan kalimat yang masing-masing berdiri sendiri atau terlepas, tetapi dibangun oleh kalimat-kalimat yang mempunyai hubungan timbal balik. Pembaca dapat dengan mudah memahami dan mengikuti jalan pemikiran penulis tanpa hambatan karena adanya loncatan pikiran yang membingungkan. Urutan pikiran yang teratur akan memperlihatkan adanya kepaduan. Jadi, kepaduan atau koherensi dititik beratkan pada hubungan antara kalimat dengan kalimat. (Zaenal Arifin dan Amran Tasai, 1985: 126).
Kepaduan dalam sebuah paragraf dibangun dengan memperhatikan:
(1) Unsur kebahasaan yang digambarkan dengan:
a) Repetisi atau pengulangan kata kata kunci
b) Kata ganti
c) Kata transisi atau ungkapan penghubung
d) Paralelisme
(2) Pemerincian dan urutan isi paragraf.
Perincian ini dapat diurutkan secara kronologis (menurut urutan waktu), secara logis (sebab akibat, khusus-umum, umum khusus), menurut urutan ruang (spasial), menurut proses dan dapat juga dari sudut pandang yang satu ke sudut pandang yang lain.
(3) Kelengkapan
            Suatu paragraf dikatakan lengkap jika berisi kalimat-kalimat penjelas yang cukup untuk menunjang kejelasan kalimat topik atau kalimat utama. Sebaliknya, suatu paragrap dikatakan tidak lengkap jika tidak dikembangkan atau hanya diperlurus dengan pengulanan-pengulangan. (Zaenal Arifin dan Amran Tasai, 1985: 128).
2.3.4 Pengembangan Paragraf
            Masih menurut Imam Maliki (1995: 11) bahwa dalam sebuah karya tulis, paragraf dapat dikembangkan dengan berbagai cara. Cara cara atau tekhnik yang digunakan dalam pengembangan paragraf pada umumnya bergantung pada keluasan pandangan atau pengalamam penulis itu sendiri. Meskipun demikian, paling tidak dapat di sebutkan adanya beberapa cara yang dapat digunakan untuk mengembangkan paragraf. Cara-cara itu antara lain sebagai berikut :


1) Pengembangan dengan Klasifikasi
Pengembangan dengan klasifikasi yang dimaksudkan dalam hal ini adalah pengembangan paragraf dengan cara mengklasifikasi masalah yang dikemukakan.  Dengan klasifikasi itu diharapkan pembaca dapat mudah memahami informasi yang disajikan
2) Pengembangan dengan Definisi
Pengembangan dengan definisi adalah suatu model pengembangan paragraf yang dilakukan dengan cara memberikan definisi atau pengertian terhadap masalah yang sedang dibahas.
3) Pengembangan dengan Analogi
Analogi adalah suatu bentuk perbandingan dengan menyamakan dua hal yang berbeda. Sejalan dengan itu pengembangan dengan cara membandingkan dua hal yang berbeda untuk memperjelas gagasan yang akan diungkapkan.
4) Pengembangan dengan Contoh
Pengembangan dengan contoh merupakan suatu jenis pengembangan paragraf yang dilakukan dengan cara memberikan beberapa contoh sebagai penjelas gagasan yang dikembangkan. Pengembangan paragraf dengan menyertakan contoh lebih tepat digunakan dalam menjelaskan masalah yang sifatnya abstrak atau masalah lain yang sifatnya sangat umum.
5) Pengembangan dengan Fakta
Pengembangan dengan fakta merupakan suatu jenis pengembangan paragraf yang dilakukn dengan cara menyatakan sejumlah fakta atau bukti-bukti untuk memperkuat pendapat yang dikemukakan.

Jenis-Jenis Paragraf



            Masih menurut Tarigan (1994: 104) mengatakan bahwa “Berdasarkan letak kalimat utama dan kalimat penjelasnya yang ada dalam satu paragraf dikenal dua pola pengembangan paragraf yaitu pola umum ke khusus dan pola khusus ke umum.” Adapun pola paragraf yang dimaksud adalah sebagai berikut:
a. Paragraf Deduktif
            Paragraf deduktif adalah suatu paragraf yang menampilkan kalimat utama atau kalimat topik pada awal paragraf, kemudian kalimat utama itu diikuti oleh kalimat-kalimat lain sebagai pengembangnya, (Tarigan, 1994: 105).
b. Paragraf Induktif
            Paragraf induktif boleh dikatakan sebagai lawan atau kebalikan dari paragraf deduktif. Kalimat utamanya ditempatkan pada bagian kalimat, dan pada kalimat induktif sebaliknya. Kalimat utama pada paragraf induktif ditempatkan pada akhir paragraf dan sebelum kalimat itu ada beberapa kalimat penjelas. Dengan demikian, struktur kalimat ini diawali dengan beberapa kalimat penjelas lebih dahulu, baru kemudian diikuti oleh kalimat utama. (Tarigan, 1994:105). Sedangkan berdasarkan tujuannya paragraf dapat dibedakan menjadi tiga, antara lain:
1) Paragraf Pembuka atau Pengantar
Paragraf pengantar atau pembuka merupakan suatu jenis paragraf yang berfungsi untuk mengantarkan pembaca pada pokok persoalan yang akan dikemukakan.
Paragraf pembuka berperan sebagai pengantar untuk sampai kepada masalah yang akan diuraikan. Sebab itu paragraf pembuka harus dapat menarik minat dan perhatian pembaca, serta sanggup menyiapkan pikiran pembaca kepada masalah yang akan diuraikan. Paragraf pembuka ini jangan terlalu panjang supaya tidak membosankan. Paragraf pembuka hendaknya juga sanggup atau mempunyai kemampuan menghubungkan pikiran pembaca pada pokok masalah yang akan disajikan selanjutnya.
Paragraf pembuka mempunyai dua kegunaan yaitu selain supaya dapat menarik perhatian pembaca, juga berfungsi menjelaskan tentang tujuan dari penulis tersebut. Oleh sebab itu, penulis harus mampu menyajikan pembukaan ini dengan kalimat-kalimat yang menarik. (Tarigan, 1994: 106).
2) Paragraf Penghubung atau Pengembang
            Paragraf pengembang merupakan paragraf yang terletak antara pengantar dan penutup. Paragraf penghubung juga disebut paragraf pengembang. Fungsinya adalah untuk mengembangkan pokok persoalan yang telah ditentukan. Pada paragraf ini penulis menyatakan pokok pikiran yang ingin dikemukakan dan sekaligus menerangkan atau mengambangkannya. Pengembangan itu dapat dilakukan dengan cara menganalisis permasalahan yang dikemukakan dan dapat pula sekaligus dengan memberikan bukti-bukti.
            Masalah yang akan diuraikan terdapat dalam paragraf penghubung. Paragraf penghubung berisi inti persoalan yang akan dikemukakan. Oleh karena itu, secara kuantitatif paragraf inilah yang paling panjang, dan antara paragraf dengan paragraf harus berhubungan secara logis. (Tarigan, 1994: 108).
3) Paragraf Penutup
            Paragraf penutup merupakan suatu jenis paragraf yang berfungsi untuk mengakhiri karangan atau sebagai penutup karangan. Oleh karena itu, paragraf ini terletak pada akhir sebuah karangan atau karya tulis. Isinya dapat berupa suatu simpulan atau rangkuman yang menandai berakhirnya suatu pembahasan. (Tarigan, 1994: 109).
            Sebagai penutup, paragraf ini pun sangat penting karena tanpa paragraf ini pembaca sulit memahami apakah suatu karya tulis selesai atau belum. Dengan demikian, paragraf penutup harus ada pada setiap karya tulis.
            Menurut Goris Keraf (1995: 7-17), tekhnik pemaparan paragraf dibagi menjadi empat (4) macam, yaitu:
a) Deskriptif
            Suatu paragraf yang melukiskan apa yang terlihat di depan mata yang bersifat tata ruang atau tata letak.
b) Ekspositoris
            Suatu paragraf yang menampilkan suatu objek peninjaunya tertuju pada suatu unsur saja. Penyampaiannya dapat menggunakan perkembangan analisis kronologis atau keruangan.
c) Argumentatif
            Suatu yang lebih bersifat membujuk atau meyakinkan pembaca terhadap suatu hal atau objek. Biasanya paragraf ini menggunakan perkembangan analisis.
d) Naratif
            Karangan narasi biasanya dihubung-hubungkan dengan sebuah cerita yang bersifat menceritakan.

Penanda Paragraf



            Menurut Tarigan (1994: 107), “secara konkret istilah paragraf hanya terdapat pada ragam bahas tulis karena jalinan kalimat yang membentuk sebuah paragraf hanya dapat diidentifikasikan dalam bentuk tertulis. Dalam bahasa lisan sangat sulit mengidentifikasi apakah jalinan kalimat yang diucapkan oleh seseorang itu berupa paragraf atau bukan. Karena itu, penyebutan paragraf dalam pembicaraan itu merujuk pada ragam bahas tulis.”
            Pada ragam bahasa tulis paling tidak ada dua penanda yang digunakan untuk mengidentifikasikan sebuah paragraf, yaitu:
1) Paragraf ditandai dengan permulaan kalimat yang menjorok ke dalam, kira-kira lima (5) atau tujuh (7) ketukan mesin ketik. Oleh karena itu, pembaca dengan mudah dapat mengenali permulaan tiap-tiap paragraf. Bahkan jika perlu, pembaca pun dapat menghitung jumlah paragraf dalam sebuah karya sastra.
2) Perenggangan, yaitu dengan memberi jarak tertentu antara paragraf yang satu dengan yang lain. Lebar perenggangan itu umumnya lebih renggang jarak spasi yang digunakan dalam tulisan yang bersangkutan.

Pengertian Paragraf



            Paragraf pada dasarnya merupakan istilah lain alinea. Sementara orang, untk menyebut rangkaian kalimat yang terikat dalam satu kesatuan, ada yang menggunakan istilah alinea. Demi keseragaman penyebutan, dalam pembicaraan ini yang digunakan adalah paragraf. Paragraf sebagai suatu bentuk pengungkapan gagasan yang terjalin dalam rangkaian beberapa kalimat (Mustakim, 1994: 112).
            Paragraf adalah “Seperangkat kalimat yang membicarakan suatu gagasan atau topik.agraf merupakan perpaduan kalimat-kalimat yang berkaitan dalam membentuk gagasan atau topik tersebut,” (Arifin-Tasai, 2002: 121).
            Paragraf merupakan sebagian bagian dari suatu karangan atau tuturan yang terdiri dari sejumlah kalimat yang mengungkapkan satuan informasi dengan ide pokok sebagai pengendalinya (M. Ramlan, 1993: 1).
            Gorys Keraf (dalam Miharja, 1996: 2) menyebutkan bahwa paragraf adalah “Suatu paragraf bukanlah merupakan kumpulan atau tumpukan kalimat yang masing-masing berdiri sendiri atau lepas, tetapi dibangun oleh kalimt-kalimat yang mempunyai hubungan timbal balik.”
            Pada umumnya, paragraf yang baik harus memiliki hubungan yang kohesi dan koherensi. Kohesi adalah keserasian hubungan antara unsur yang satu dengan unsure yang lain dalam paragraf sehingga tercipta hubungan yang apik. Koherensi adalah kepaduan wacana sehingga komunikatif dan mengandung satu ide (Syamsudin A.R, 1997: 44).
            Kohesi merujuk pada pertautan bentuk sedangkan koheresi merujuk pada pertautan makna. Paragraf yang baik umumnya memiliki keduanya. Kalimat atau kata yang satu dengan yang lainnya bertautan, pengertian yang satu menyambung dengan pengertian yang lain.
            Sebuah paragraf hendaknya memiliki hubungan yang utuh. Keutuhan paragraf merupakan faktor yang menentukan kemampuan berbahasa.
            Menyusun paragraf membutuhkan kemampuan dan ketelitian. Kemampuan yang dimaksud adalah bagaimana penyusun atau penulis mampu mengorganisir kalimat-kalimat yang disusun sehingga menjadi paragraf yang padu dan benar-benar berhubungan kemudian sama-sama membentuk satu ide pokok.
            Di dalam paragraf, kalimat bersama-sama menciptakan suasana yang menjelaskan pikiran utama yang terdapat dalam kalimat-kalimat yang satu menyusul kalimat yang lain dengan teratur. Tiap-tiap kalimat dalam paragraf susul menyusul dengan teratur. Antara tiap kalimat itu erat sekali hubungannya, kalimat yang kemudian adalah kelanjutan dari kalimat yang terdahulu. Tidak boleh satu kalimat yang sumbang, yang menceritakan hal lain diluar suasana ini. Jika ada harus dikeluarkan. Oleh karena itu, letak kalimat utama tidak boleh sembarangan. Urutannya harus menggambarkan pikiran utama.
            “Ada cara yang mudah dalam menyusun paragraf. Selain mudah untuk mengembangkannya, kalimat-kalimat penjelasnya juga sangat beraturan. Mula-mula dengan menyusun kerangka paragraf kemudian dari kerangka paragraf itu dikembangkan menjadi sebuah paragraf. Akan tetapi, yang perlu diperhatikan dalam menyusun kerangka paragraf itu adalah betul-betul memperhatikan urutan kerangka itu benar-benar merupakan urutan yang sesuai dengan waktu atau kronologis,” (Z.H. Idris, dkk, 1979: 180).