Monday, June 9, 2014

mobilisasi dan posisi



KATA PENGANTAR


Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT berkat limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas yang berjudul “Ketrampilan dasar praktik kebidanan tentang mobilisasi dan pengaturan posisi”  ini dengan lancar. Penulisan ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas yang diberikan oleh dosen pengasuh mata kuliah.
Tugas ini penulis susun dari hasil studi pustaka yang penulis peroleh dari buku yang berkaitan dengan KDPK, tak lupa penyusun ucapkan terima kasih kepada pengajar matakuliah atas bimbingan dan arahan dalam penulisan tugas ini. Juga kepada rekan-rekan yang telah mendukung sehingga dapat diselesaikannya tugas ini.
Kami harap, dengan membaca tugas ini dapat memberi manfaat bagi kita semua, dalam hal ini dapat menambah wawasan kita KDPK khususnya masalah mobilitas dan pengaturan posisi. Memang tugas ini masih jauh dari sempurna, maka kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan menuju arah yang lebih baik.


Manna, Januari 2010
Penulis









BAB I
PENDAHULUAN



1.1.            LATAR BELAKANG.
Manusia selalu berusaha untuk mempertahankan keseimbangan hidupnya. Untuk mempertahankan keseimbangan tersebut manusia mempunyai kebutuhan tertentu yang harus terpenuhi dengan baik. Hirarki kebutuhan dasar manusia menurut Maslow adalah sebuah teori yang dapat digunakan untuk memahami hubungan antara kebutuhan dasar manusia pad saat memberikan asuhan. Kebutuhan dasar manusia adalah hal-hal seperti makanan, air, keamanan dan cinta yang merupakan hal yang penting untuk bertahan hidup dan kesehatan. Kebutuhan yang dinyatakan memiliki tingkat paling tinggi dlm kebutuhan manusia adalah tercapainya aktualisasi diri. Untuk mencapai aktualisasi diri diperlukan konsep diri yang sehat. Hirarki kebutuhan dasar manusia menurut Abraham Maslow sebagai berikut berdasarkan prioritas.
Abraham Maslow mengemukakan Teori Hierarki Kebutuhan yang menyatakanbahwa setiap manusia memiliki lima kebutuhan dasar, yaitu:
Kebutuhan fisiologis merupakan kebutuhan paling dasar pada manusia, Kebutuhan rasa aman dan perlindungan dibagi menjadi : a)      Perlindunngan fisik meliputi perlindungan atas ancaman terhadap tubuh atau hidup, b) Perlindungan psikologis, yaitu perlindungan atas ancaman dari pengalamanyang baru dan asing. Kebutuhan rasa cinta, yaitu kebutuhan untuk memiliki dan dimiliki. Kebutuhan akan harga diri maupun perasaan dihargai oleh orang lain. Kebutuhan aktualisasi diri merupakan kebutuhan tertinggi dalam hierarki Maslow, berupa kebutuhan.
Manusia memiliki kebutuhan dasar yang bersifat heterogen. Pada dasarnya, setiap orang memiliki kebutuhan yang sama. Akan tetapi karena terdapat perbedaan budaya, maka kebutuhan tersebutpun ikut berbeda. Dalam memenuhi kebutuhannya, manusia menyesuaikan diri dengan prioritas yang ada. Lalu jika gagal memenuhi kebutuhannya, manusia akan berfikir keras dan bergerak untuk berusaha mendapatkan.Pemenuhan kebutuhan dasar pada manusia dipengaruhi oleh berbagai faktor sebagai berikut:1. Penyakit, 2. Hubungan keluarga, 3. Konsep diri, 4. Tahap perkembangan.
Kebutuhan fisiologis atau kebutuhan fisik manusia merupakan kebutuhan yang paling mendasar yang harus terpenuhi agar kelangsungan hidup bisa bertahan. Ada beberapa kebutuhan fisik manusia yang akan dibahas yaitu Mobilisasi dan posisi.

1.2.            PERUMUSAN MASALAH
Dengan memperhatikan latar belakang tersebut, agar dalam penulisan ini penulis memperoleh hasil yang diinginkan, maka  penulis mengemukakan beberapa rumusan masalah. Rumusan masalah itu adalah:
1.     Apakah mobilisasi dalam KDPK ?
2.      Apasaja Posisi dalam KDPK ?

1.3.            TUJUAN
Tujuan dari penyusunan tugas ini antara lain:
1.      Untuk memenuhi apa dan bagaimana mobilisasi.
2.      Untuk mengetahui posisi dan fungsi posisi dalam Ketrampilan dasar praktik kebidanan.










BAB II
METODE PENULISAN


2.1.            OBJEK PENULISAN
Objek penulisan tugas ini adalah mengenai Ketrampilan Dasar Praktik Kebidanan, Khususnya tentang mobilisasi dan posisi dalam asuhan kebidanan. Dalam tugas ini dibahas mengenai pengertian mobilisasi dan posisi posisi yang digunakan dalam asuhan.

2.2.            DASAR PEMILIHAN OBJEK
Tugas ini membahas mengenai fungsi mobilisasi dan posisi yang merupakan Ketrampilan Dasar Praktik Kebidanan. Yang digunakan dalam asuhan kebidanan.

2.3.            METODE PENGUMPULAN DATA
Dalam pembuatan tugas ini, metode pengumpulan data yang digunakan adalah studi pustaka terhadap bahan-bahan kepustakaan yang sesuai dengan permasalahan yang diangkat dalam tugas ini yaitu dengan Ketrampilan Dasar Praktik Kebidanan khususnya tentang mobilisasi dan posisi yang digunakan dalam asuhan kebidanan.














BAB III
PEMBAHASAN


3.1.            Mobilisasi
3.1.1.      Pengertian Mobilisasi
Mobilisasi adalah suatu kondisi dimana tubuh dapat melakukan kegiatan dengan bebas, mudah dan teratur (kosier, 1989).

3.1.2.      Tujuan dari mobilisasi
1.      Memenuhi kebutuhan dasar manusia
2.      Mencegah terjadinya trauma
3.      Mempertahankan tingkat kesehatan
4.      Mempertahankan interaksi sosial dan peran sehari – hari
5.      Mencgah hilangnya kemampuan fungsi tubuh ketahanan otot dan kekuatan otot.

3.1.3.      Jenis-Jenis Mobilisasi
1.      Mobilisasi penuh
Mobilisasi penuh merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak secara penuh dan bebas sehingga dapat melakukan interaksi sosial dan menjalankan peran sehari-hari. Mobilisasi penuh ini merupakan fungsi saraf motoris volunteer dan sensoris untuk dapat mengontrol seluruh area tubuh seseorang.
2.      Mobilisasi sebagian
Mobilisasi sebagian merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak dengan batasan yang jelas sehingga tidak mampu bergerak secara bebas karena dipengaruhi oleh gangguan saraf motoris dan sensoris pada area tubuhnya. Hal ini dapat dijumpai pada kasus cedera atau patah tulang dengan pemasangan traksi. Pasien paraplegi dapat mengalami mobilisasi sebagian pada ekstremitas bawah karena kehilangan kontrol motoris dan sensoris. Mobilisasi sebagian ini     dibagi menjadi dua jenis, yaitu:
a.       Mobilisasi sebagian temporer merupakan kemampuan individu untuk        bergerak dengan batasan yang sifatr.ya sementara. Hal tersebut dapat : disebabkan oleh trauma reversibe) pada sistem muskuloskeletal, seperti         adanya dislokasi sendi dan tulang.
b.      Mobilisasi sebagian permanen merupakan kemampuan individu untuk         bergerak dengan batasan yang sifatnya tetap. Hal tersebut disebabkan         oleh rusaknya sistem saraf yang irreversibel. Contohnya terjadinya         hemiplegia karena stroke, paraplegi karena cedera tulang belakang,         dan untuk kasus poliomielitis terjadi karena terganggunya sistem saraf         motdris dan sensoris.

3.1.4.      Faktor – faktor yang mempengaruhi Mobilisasi
1.      Gaya hidup
Perubahan gaya hidup dapat mempengaruhi kemampuan mobilitas seseorang, karena gaya hidup berdampak pada perilaku dan kebiasaan.
Gaya hidup sesorang sangat tergantung dari tingkat pendidikannya. Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang akan di ikuti oleh perilaku yang dapat meningkatkan kesehatannya. Demikian halnya dengan pengetahuan kesehatan tetang mobilisasi seseorang akan senantiasa melakukan mobilisasi dengan cara yang sehat misalnya; seorang ABRI akan berjalan dengan gaya berbeda dengan seorang pramugari atau seorang pemambuk.
2.      Proses penyakit dan injuri
Adanya penyakit tertentu yang di derita seseorang akan mempengaruhi mobilisasinya karena dapat mempengaruhi fungsi system tubuh misalnya; seorang yang patah tulang akan kesulitan untuk mobilisasi secara bebas. Demikian pula orang yang baru menjalani operasi. Karena adanya nyeri mereka cenderung untuk bergerak lebih lamban. Ada kalanya klien harus istirahat di tempat tidurkarena mederita penyakit tertentu misallya; CVA yang berakibat kelumpuhan, typoid dan penyakit kardiovaskuler.

3.      Kebudayaan
Kebudayaan dapat mempengaruhi pola dan sikap dalam melakukan aktifitas misalnya; seorang anak desa yang biasa jalan kaki setiap hari akan berebda mobilisasinya dengan anak kota yang biasa pakai mobil dalam segala keperluannya. Wanita kraton akan berbeda mobilisasinya dibandingkan dengan seorang wanita madura dan sebagainya.
4.      Tingkat energy
Setiap orang mobilisasi jelas memerlukan tenaga atau energi, orang yang lagi sakit akan berbeda mobilisasinya di bandingkan dengan orang sehat apalagi dengan seorang pelari.
5.      Usia dan status perkembangan
Seorang anak akan berbeda tingkat kemampuan mobilisasiny dibandingkan dengan seorang remaja. Anak yang selalu sakit dalam masa pertumbuhannya akan berbeda pula tingkat kelincahannya dibandingkan dengan anak yang sering sakit.

3.1.5.      Tipe persendian dan pergerakan sendi
Dalam sistim muskuloskeletal dikenal 2 maca persendian yaitu sendi yang dapat digeragan (diartroses) dan sendi yang tidak dapat digerakan (siartrosis).
Mobilsasi yang dilakukan pada tubuh pasien berdasarkan:
A.    Aktive Room
a.       Leher
·         Fleksi: kepala digerakan menunduk kedepan 90 derajat dengan dagu diatas dada.
·         Ekstensi: Kepala digerakan 90 derajat keatas dengan posisi lurus dengan badan
·         Hypereksitensi : kepala ditarik kebelakang 90 derajat dengan posisi mengadah keatas
·         Lateral fleksi: kepala ditekukan kesamping 90 derajat menuiu bahu
·         Rotasi: kepala digerakan dalam posisi melingkar 90 derajat kekanan dan 90 derajat kekiri dan depan dari belakang.
b.      Bahu
·         Fleksi : lengan ditingkat 180 derajat dan samping menuju keatas sampai diatas kepaia
·         Ekstensi : digerakan keposisi istirahat disamping badan
·         Hyperekstensi: lengan digerakan kebelakang badan dengan sudut 50 derajat
·         Abduksi : lengan ditarik keatas samping badan dengan punggung tangan diaias, digerakan kesisi badan 180 derajat keposisi diatas kepala
·         Rotasi Eksterna : dengan lengan disamping, tekukan siku, lengan digerakkan kedepan dan kebelakang 90 derajat sehingga telepak tangan menghadap kedepan.
·         Rotasi interna : dengan lengan disamping tekukan siku, lengan digerakkan kebelakang 90 derajat sehingga felapak tangan menghadap kebelakang.
·         Sinkumduksi :  lengan digerakan dengan lingkaran 360 derajat diputar  sepanjang sisi badan.
c.       Siku
·         Fleksi : siku ditekuk dengan telapak tangan menghadap muka, dengan sudut 150 derajat menuju bahu
·         Ekstensi: siku dari posisi fleksi diluruskan kembali
d.      Lengan Bawah
·         Supinasi: lengan bawah diputar 90 derajat sampai telapak tangan menghadap kebawah
·         Pronasi: lengan bawah diputar 90 derajat sampai telapak tangan kanan mengahadap kebawah.

e.       Pergelangan Tangan
·         Fleksi: Tangan ditekuk 90 derajat kebawah dengan telapak tangan mengahadap kebawah
·         Ekstensi: tangan digerakan 90 aerajat dengan posisi lurus dengan lengan
·         Hyperekstensi: tangan ditekuk keatas, punggung tangan diatas dengan sudut 90 derajat.
·         Abduksi: pergelangan tangan, dengan jari-jari dirapatkan ditekuk keluar menuju ula
·         Abduksi: pergelangan tangan dengan jari-jari dirapatkan ditekuk ke    depan menuju radius.
f.       Jari dan Ibu Jani
·         Fleksi: Jari-jari digenggamkan
·         Ekstensi: Jari digerakan 90 derajat lurus dengan lengan dengan telapak tangan menghadap ke bawah.
·         Hyperekstensi : jari-jari dengan felapak tangan kebawah, ditekuk keatas menuju punggung tangan 45 derajat
·         Abduksi: jan dan ibu /ari dibentangkan/direngangkan 30 derajat
·         Abduksi: jari dan ibu jari dirapatkan bersama 30 derajat
·         Posisi Ibu jari : ibu jari ditekuk kedalam memutar menuju kelingking dikuti oleh jari-jari yang lain.
g.      Pinggul
·         Fleksi : tungkai digerakan keatas kemuka 90 derajat
·         Ekstensi : tungkai digerakan kembali ke posisi lurus sejajar dengan tubuh
·         Hyperekstensi: tungkai digerakan kebelakang tubuh 50 derajat
·         Sirkumduksi: tungkai digerakan dalam lingkaran 360 derajat
·         Abduksi: iungkai digerakan kesamping menjauhi tubuh 45 derajat
·         Abduksi: tungkai digerakan kesamping mendekati tubuh 45 derajat
·         Rotasi Interna : tungkai dan kaki diputar kedalam 90 derajat
·         Rotasi Eksterna : tungkai dan kaki diputar kedalam 90 derajat
h.      Lutut
·         Fleksi. lutut ditekuk diangkat kebelakang dan atas 90 derajat
·         Akstensi : Lutut digerakan kembali sejajar tubuh
i.        Pergelangan Kaki
·         Planfar Fleksi: kaki digerakan kebawah 45 derajat
·         Dorsi Fleksi: kaki digerakan keatas 45 derajat
·         Enversi: sisi luar kaki ditekuk kesamping keluar diputar
·         Inversi: kaki diputar dengan sisi medial, diputar kedalam
j.        Jari Kaki
·         FIeksi jari-jari ditekuk kebawah 90 derajat
·         Ekstensi : jari-jari sejajar kembali dengan punggung
·         Hyperekstensi : jari-jari ditekuk keatas 45 derajat
·         Abduksi : jari-jari digerakan menjauhi satu sama lain 15 derajat
·         Abduksi : jari-jari digerakan menapat
k.      Pinggang
·         Fleksi pinggang ditekuk kedepan 90 derajat
·         Ekstensi : pinggang diluruskan kembali
·         Hyperekstensi: pinggang ditarik kebelakang 30 derajat
·         Lateral Fleksi: tubuh ditarik kekedua sisi 45 derajat
·         Rotasi : tangan dipinggang digerakan melingkar 360 derajat
B.     PASSIVE  ROOM
Posisi Supinasi
a.       Lengan dan Bahu
Lengan klien disamping tubuh, tangan kanan penolong memegang pergelangan tangan pasien dan tangan kiri disiku pasien.
·         Fleksi dan rotasi eksternai bahu
·         Abduksi dan rotasi eksternai bahu
·         Abduksi bahu
·         Rotasi interna dan eksterna bahu
·         FIeksi dan ekstensi siku
·         Pronasi dan supinasi lengan bawah
b.      Tangan dan pergelangan tangan
Tangan kiri penolong diatas punggung tangan, tangan kanan memegang jari-jari tangan :
·         Hyperekstensi pergelangan tangan, fleksi jari-jari
·         Hyperekstensi pergelangan tangan, ekstensi jari-jari
c.       Pinggul dan Tungkai
Tangan kiri perawat dibawah lutut pasien dan memegangnya, tangan kanan perawat ditumit pasien untuk plantar fleksi, tangan kiri perawat diats  pergelangan kaki pasien dan tangan kanan memegang jari kaki
·         Plantar fleksi kaki
·         Inversi dan eversi kaki
·         Fleksi dan ekstensi jari kaki
Posisi telungkup dan miring
·         Hyperekstensi Bahu
·         Hyperekstensi pinggul

3.1.6.      Toleransi aktifitas
Penilaian tolerasi aktifitas sangat penting terutama pada klien dengan gangguan kardiovaskuler seperti Angina pektoris, Infark, Miocard atau pada klien dengan immobiliasi yang lama akibat kelumpuhan.Hal tersebut biasanya dikaji pada waktu sebelum melakukan mobilisasi, saat mobilisasi dan setelah mobilisasi.
Tanda – tanda yang dapat di kaji pada intoleransi aktifitas antara lain (Gordon, 1976).
a.         Denyut nadi frekuensinya mengalami peningkatan, irama tidak teratur
b.         Tekanan darah biasanya terjadi penurunan tekanan sistol / hipotensi orthostatic.
c.         Pernafasan terjadi peningkatan frekuensi, pernafasan cepat dangkal.
d.        Warna kulit dan suhu tubuh terjadi penurunan.
e.         Kecepatan dan posisi tubuh.disini akan mengalami kecepatan aktifitas dan ketidak stabilan posisi tubuh.
f.          Status emosi labil.

3.1.7.      Masalah fisik
Masalah fisik yang dapat terjadi akibat immobilisasii dapat dikaji / di amati pada berbagai sistim antara lain :
a.      Masalah musculoskeletal
Menurunnya kekuatan dan kemampuan otot, atropi, kontraktur, penurunan mineral, tulang dan kerusakan kulit.
b.      Masalah urinary
Terjadi statis urine pada pelvis ginjal, pengapuran infeksi saluran kemih dan inkontinentia urine.
c.       Masalah gastrointestinal
Terjadinya anoreksia / penurunan nafsu makan diarrhoe dan konstipasi.
d.      Masalah respirai
Penurunan ekspansi paru, tertumpuknya sekret dalam saluran nafas, ketidak seimbangan asam basa (CO2 O2).
e.       Masalah kardiofaskuler
Terjadinya hipotensi orthostatic, pembentukan trombus.

3.1.8.      Upaya Pencegahan Terjadinya Masalah Akibat Kurangnya Mobilisasi
Upaya Pencegahan Terjadinya Masalah akibat kurangnya mobilisasi antara lain :  
1.      Perbaikan status gizi
2.      Memperbaiki kemampuan mobilisasi
3.      Melaksanakan latihan pasif dan aktif
4.      Mempertahankan posisi tubuh dengan benar sesuai dengan bady aligmen (Struktur tubuh).
5.      Melakukan perubahan posisi tubuh secara periodik (mobilisasi untuk menghindari terjadinya dekubitus / pressure area akibat tekanan yang menetap pada bagian tubuh.

3.2.            PENGATURAN POSISI
Pengaturan posisi yang dapat dilakukan pada pasien ketika mendapatkan asuhan, seperti:

3.2.1.      Posisi Fowler
Posisi setengah duduk atau duduk, bagian kepala tempat tidur lebih tinggi atau dinaikkan. Untuk fowler (45°-90°) dan semifowler(15°-45°). Dilakukan untuk mempertahankan kenyamanan, memfasilitasi fungsi pernapasan, dan untuk pasien pasca bedah.
Cara Pelaksanaan :
a.       Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan
b.      Dudukkan pasien
c.       Berikan sandaran pada tempat tidur pasien atau atur tempat tidur, untuk posisi untuk fowler ( 900) dan Semifowler ( 30 – 450 ).
d.      Anjurkan pasien untuk tetap berbaring setengah duduk.
Gambar. Cara posisi fowler







3.2.2.      Posisi Sim
Posisi miring ke kanan atau ke kiri. Dilakukan untuk memberi kenyamanan dan untuk mempermudah tindakan pemeriksaan rectum atau pemberian huknah atau obat-obatan lain melalui anus.
Cara Pelaksanaan :
a.       Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan
b.      Pasien dalam keadaan berbaring. Kemudian apabila dimiringkan kekiri dengan posisi badan setengah telungkup, maka lutut kaki kiri diluruskan serta paha kanan ditekuk diarahkan ke dada. Tangan kiri di belakang punggung dan tangan kanan didepan kepala.
c.       Bila pasien miring kekanan, posisi bdan setengah telungkup dan kaki kanan lurus, sedangkan lutut dan paha kiri ditekuk dan diarahkan ke dada. Tangan kanan dibelakang punggung dan tangan kiri didepan kepala.

Gambar  Cara Posisi Sim





3.2.3.      Posisi Trendelenburg
Posisi pasien berbaring di tempat tidur dengan bagian kepala lebih rendah daripada bagian kaki. Dilakukan untuk melancarkan peredaran darah ke otak, dan pada pasien shock dan pada pasien yang dipasang skintraksi pada kakinya.
Cara Pelaksanaan :
a.       Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan
b.      Pasien dalam keadaan berbaring terlentang. Letakkan bantal di antara kepala dan ujung tempat tidur pasien, serta berikan bantal dibawah lipatan lutut.
c.       Pada bagian kaki tempat tidur, berikan balok penopang atau atur tempat tidur secara khusus dengan meninggikan bagian kaki pasien.
Gambar. Posisi Trendelenburg





3.2.4.      Posisi Dorsal Recumbent
Posisi berbaring terlentang dengan kedua lutut fleksi (ditarik atau direnggangkan) diatas tempat tidur. Dilakukan untuk merawat dan memeriksa genetalia serta proses persalinan.
Cara Pelaksanaan :
a.       Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan
b.      Pasien dalam keadaan berbaring terlentang, pakaian bawah di buka
c.       Tekuk lutut, renggangkan paha, telapak kaki menghadap ke tempat tidur dan renggangkan kedua kaki.
d.      Pasang selimut
Gambar. Dorsal Recumbent





3.2.5.      Posisi Litotomi
Posisi berbaring terlentang dengan mengangkat kedua kaki dan menariknya ke atas bagian perut. Dilakukan untuk memeriksa genetalia pada proses persalinan, dan memasang alat kontrasepsi.
Cara Pelaksanaan :
a.       Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan
b.      Pasien dalam keadaan berbaring terlentang, angkat kedua paha dan tarik kearah perut.
c.       Tungkai bawah membentuk sudut 900 terhadap paha.
d.      Letakkan bagian lutut/kaki pada tempat tidur khusus untuk posisi litotomi
e.       Pasang selimut
Gambar. Posisi Litotomi





3.2.6.      Posisi Genu Pektoral
Posisi menungging dengan kedua kaki ditekuk dan dada menempel pada bagian atas tempat tidur. Dilakukan untuk memeriksa daerah rectum dan sigmoid dan untuk membantu merubah letak kepala janin pada bayi yang sungsang.
Cara Pelaksanaan :
a.       Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan
b.      Anjurkan pasien untuk berada dalam posisi menungging dengan kedua kaki ditetuk dan dada menempel pada kasur tempat tidur
c.       Pasang selimut pada pasien
Gambar. Posisi Genu Pektoral





3.3.            MOBILISASI DENGAN MEMBERIKAN POSISI MIRING
Tujuan :
1.      Mempertahankan bady aligment
2.      Mengurangi komplikasi akibat immobilisasi
3.      Mengurangi Meningkatkan rasa nyaman
4.      Kemungkinan terjadinya cedera pada perawat maupun klien
5.      Mengurangi kemungkinan tekanan yang menetap pada tubuh akibat posisi yang menetap.
Indikasi :
1.      Penderita yang mengalami kelumpuhan baik hemiplegi maupun para plegi
2.      Penderita yang mengalami kelemahan dan pasca operasi
3.      Penderita yang mengalami pengobatan (immobilisasi)
4.      Penderita yang mengalami penurunan kesadaran
Cara Pelaksanaan :
1.      Berikan penjelasan kepada klien maksud dan tujuan di lakukan tindakan mobilisasi ke posisi lateral.
2.      Cuci tangan sebelum melakukan tindakan untuk membatasi penyebaran kuman ? micro organisme.
3.      Pindahkan segala rintangan sehingga perawat leluasa bergerak.
4.      Siapkan peralatan yang di perlukan.
5.      Yakinkan bahwa klien cukup hangat dan privasy terlindungi.
Saran – saran atau hal – hal yang harus di perhatikan :
1.      Perawat harus mengetahui teknik mobilisasi yang benar
2.      Bila klien terlalu berat pastikan mencari pertolongan
3.      Tanyakan kepada dokter tentang indikasi dan kebiasaan dilakukannya mobilisasi
Persiapan alat :
1.      Satu bantal penopang lengan
2.      Satu bantal penopang tungkai
3.      Bantal penopang tubuh bagian belakang
Cara kerja :
1.      Angkat / singkirkan rail pembatas tempat tidur pada sisi di mana perawat akan melakukan mobilisasi
2.      Pastikan posisi pasien pada bagian tengah tempat tidur, posisi supinasi lebih mudah bila di lakukan mobilisasi lateral
3.      Perawat mengambil posisi sebagai berikut :
a.       Perawat mengambil posisi sedekat mungkin menghadap klien di samping tempat tidur lurus pada bagian abdomen klien sesuai arah posisi lateral (misalnya; mau memiringkan kekana, maka perawat ada di samping kanan klien)
b.      Kepala tegak dagu di tarik ke belakang untuk mempertahankan punggung pada posisi tegak.
c.       Posisi pinggang tegak untuk melindungi sendi dan ligamen.
d.      Lebarkan jarak kedua kaki untuk menjaga kestabilan saat menarik tubuh klien
e.       Lutut dan pinggul tertekuk / fleksi
4.      Kemudian letakan tangan kanan lurus di samping tubuh klien untuk mencegah klien terguling saat di tarik ke posisi lateral (sebagai penyangga).
5.      Kemudian letakan tangan kiri klien menyilang pada dadanya dan tungkai kiri menyilang diatas tungkai kanan dengan tujuan agar memberikan kekuatan sat di dorong.
6.      Kemudian kencangkan otot gluteus dan abdomen serta kaki fleksi bersiap untuk melakukan tarikan terhadap tubuh klien yakinkan menggunakan otot terpanjang dan terkuat pada tungkai dengan tujuan mencegah trauma dan menjaga kestabilan.
7.      Letakan tangan kanan perawat pada pangkal paha klien dan tangan kiri di letakan pada bahu klien.
8.      Kemudian tarik tubuh klien ke arah perawat dengan cara :
a.       Kuatkan otot tulang belakang dan geser berat badan perawat ke bagian pantat dan kaki.
b.      Tambahkan fleksi kaki dan pelfis perawat lebih di rendahkan lagi untuk menjaga keseimbangan dan ke takstabil
c.       Yakinkan posisi klien tetap nyaman dan tetap dapat bernafas lega
9.      Kemudian atur posisi klien dengan memberikan ganjaran bantal pada bagian yang penting sebagai berikut :
a.       Tubuh klien berada di sampingdan kedua lengan berada di bagian depan tubuh dengan posisi fleksi, berat badan klien tertumpu pada bagian skakula dan illeum. Berikan bantal pada bagian kepala agar tidak terjadi abduksi dan adduksi ada sendi leher.
b.      Kemudian berikan bantal sebagai ganjalan antara kedua lengan dan dada untuk mencegah keletihan otot dada dan terjadinya lateral fleksi serta untuk mencegah / membatasi fungsi internal rotasi dan abduksi pada bahu dan lengan atas.
10.  Berikan ganjalan bantal pada bagian belakang tubuh klien bila di perlukan untuk memberikan posisi yang tepat
11.  Rapikan pakayan dan linen klien serta bereskan alat yang tidak di gunakan.
12.  Dokumentasikan tindakan yang telah di kerjakan.


3.3.            Faktor-faktor yang Memengaruhi Postur Tubuh
Pembentukan postur tubuh dapat dipengaruhi oleh:
1.      Status kesehatan
Menimbulkan keadaan yang tidak optimal pada organ atau bagian tubuh yang mengalami kelelahan atau kelemahan.
2.      Nutrisi
Merupakan bahan untuk menghasilkan energi yang digunakan dalam memebantu proses pengaturan keseimbangan organ otot, tendon, ligament, dan persendian.
3.      Emosi
Menyebabakan kurangnya kendali dalam menjaga keseimbangan tubuh.
4.      Gaya hidup
Membuat seseorang menjadi lebih baik atau lebih buruk.
5.      Perilaku dan nilai
Dapat memengaruhi postur tubuh.

BAB IV
KESIMPULAN





Mobilisasi adalah suatu kondisi dimana tubuh dapat melakukan kegiatan dengan bebas. Tujuan dari mobilisasi antara lain : Memenuhi kebutuhan dasar manusia. Mencegah terjadinya trauma. Mempertahankan tingkat kesehatan. Mempertahankan interaksi sosial dan peran sehari – hari. Mencegah hilangnya kemampuan fungsi tubuh.
Pengaturan posisi dilakukan ketika pasien mendapatkan asuhan. Pengaturan Posisi antara lain : Posisi fowler (setengah duduk), Posisi litotomi, Posisi dorsal recumbent, Posisi supinasi (terlentang), Posisi pronasi (tengkurap), Posisi lateral (miring), Posisi sim, dan Posisi trendelenbeg (kepala lebih rendah dari kaki)















DAFTAR PUSTAKA



Ketheleen Haerth Belland RN. BSN, Mary and Wells RN Msed, 1986, Chlinical Nursing Prosedurs, California Jones and Bardlett Publishers Inc.
Diana Hestings. RGN RCNT. 1986, The Machmillan Guide to home Nursing London, Machmillan London LTD. Ahli bahasa : Prilian Pranajaya, 1980 editor lilian juwono Jakarta, Arcan.
Barbara Koezeir, Glenora Erb, 1983, Fundamental of Nursing, california Addison – Wesly publishing Division.
Barbara Koezeir, Glenora Erb, Oliveri, 1988, Fundamental of Nursing, Philadelpia Addison Wesly publishing Division.
http://yuwielueninet.wordpress.com/2008/03/25/KDPK/
http://xa-dewie.blogspot.com/2009/10/Prinsip kebutuhan dasar manusia.html
http://irm4chimut.wordpress.com/mobilisasi pasien dalam Ketrampilan dasar praktik kebidanan.html
http://nursecerdas.wordpress.com/2009/02/05/217/














TUGAS
KETRAMPILAN DASAR PRAKTIK KEBIDANAN
Tentang
MOBILISASI DAN PENGATURAN POSISI










Disusun Oleh :
FITRI YANI HERAWATI
NIM. 090501

DOSEN PEMBIMBING :
Hj. NURASNI, B.Sc
YOSI SUSWANTI, Amd. Kep







Akademi Kebidanan Manna
Bengkulu Selatan
TA. 2009/2010

No comments:

Post a Comment