Monday, June 9, 2014

Tanda ASI sudah cukup



  • Beberapa tanda yang menunjukkan bahwa ASI cukup memadai. Diantaranya adalah waktu menyusui tidak terlalu lama atau tidak lebih dari 30 menit. Dalam waktu tersebut bayi sudah dapat mengisap foremilk dan hindmilk yang diproduksi.
  • Bayi yang mendapatkan ASI memadai umumnya lebih tenang, tidak rewel dan dapat tidur pulas. Bayi yang mendapatkan ASI eksklusif dalam jumlah memadai biasanya tidak terlalu sering menyusui.
  • Umumnya jarak menyusui sekitar 2 – 3 jam, pada bayi tertentu yang mempunyai kemampuan minum yang tidak banyak biasanya interval tersebut menjadi lebih sering sekitar 11/2 – 2 jam.
  • Bila kurang dalam waktu 11/2 jam sudah minta minum maka mungkin saja bayi bukan karena haus. Bila digendong dan diayun bayi bisa tampak tenang maka ASI sudah cukup.
  • Tanda pasti bahwa ASI memadai dapat terlihat pada penambahan berat badan bayi yang baik. Dalam keadaan normal usia 0 – 5 hari biasanya berat badan bayi akan menurun. Setelah usia 10 hari bayi akan kembali seperti saat lahir. Setelah itu setiap 2 minggu dalam bulan pertama sebaiknya bayi ditimbang, dalam keadaan ASI cukup bila berat badan naik 500 gram dalam 2 minggu.
  • Pada bayi tertentu yang mempunyai resiko gagal tumbuh (failure to thrive) biasanya pertambahan berat badan 400 gram dalam 2 minggu. Pada kasus ini belum berarti menunjukkan ASI kurang. Bayi beresiko gagal tumbuh biasanya terjadi pada bayi dengan gangguan saluran cerna (penyakit celiac dll), dan sebagian kecil disebabkan karena gangguan metabolisme, endokrin, hormonal dan sebagainya. Ciri khas bayi seperti ini adalah bila minum tidak lama dan lebih sering. Biasanya tampak gangguan saluran cerna seperti sulit BAB, berak hijau dan anak sangat aktif bergerak.

Tips agar ASI lancar & banyak
1. Tingkatkan frekuensi menyusui/memompa/memeras ASI.
Jika anak belum mau menyusu krn masih kenyang, perahlah / pompalah ASI. Ingat ! produksi ASI prinsipnya based on demand sama spt prinsip pabrik. Jika makin sering diminta (disusui/diperas/dipompa) maka makin banyak yg ASI yg diproduksi.

2. Kosongkan payudara setelah anak selesai menyusui.
Bahasan ini masih terkait dg point di atas. Makin sering dikosongkan, maka produksi ASI juga makin lancar.
3. Yg tidak kalah pentingnya : ibu harus dalam keadaan RELAKS. KONDISI PSIKOLOGIS ibu menyusui sangat menentukan keberhasilan ASI eksklusif. Menurut hasil penelitian, > 80% lebih kegagalan ibu menyusui dalam memberikan ASI eksklusif adalah faktor psikologis ibu menyusui. Ingat : 1 pikiran “duh ASI peras saya cukup gak ya?” maka pada saat bersamaan ratusan sensor pada otak akan memerintahkan hormon oksitosin (produksi ASI) utk bekerja lambat. Dan akhirnya produksi ASI menurun. Relaks saja ya bu. Disini sebetulnya peran besar sang ayah. Jika ayah mendukung maka ASI akan lancar. Mendukung bisa dg berbagai cara mulai dari menyemangati istri hingga hal2 lain spt menyendawakan bayi setelah menyusu, menggendong bayi utk disusukan ke ibunya, dsbnya.
4. Hindari pemberian susu formula.
Terkadang karena banyak orangtua merasa bahwa ASInya masih sedikit atautakut anak gak kenyang, banyak yg segera memberikan susu formula. Padahal
pemberian susu formula itu justru akan menyebabkan ASI semakin tidak lancar. Anak relatif malas menyusu atau malah bingung puting terutama pemberian susu formula dg dot. Begitu bayi diberikan susu formula, maka saat ia menyusu pada ibunya akan kekenyangan. Sehingga volume ASI makin berkurang. Makin sering susu formula diberikan makin sedikit ASI yg diproduksi.
5. Hindari penggunaan DOT, empeng, dkknya
Jika ibu ingin memberikan ASI peras/pompa (ataupun memilih susu formula) berikan ke bayi dg menggunakan sendok, bukan dot ! Saat ibu memberikan dg dot, maka anak dapat mengalami BINGUNG PUTING (nipple confusion). Kondisi dimana bayi hanya menyusu di ujung puting seperti ketika menyusu dot. Padahal, cara menyusu yang benar adalah seluruh areola (bag. gelap di sekitar puting payudara) ibu masuk ke mulut bayi. Akhirnya, si kecil jadi ogah menyusu langsung dari payudara lantaran ia merasa betapa sulitnya mengeluarkan ASI. Sementara kalau menyusu dari botol, hanya dengan menekan sedikit saja dotnya, susu langsung keluar. Karena itu hindari penggunaan dot dsbnya.
6. Datangi klinik laktasi.
 Jangan ragu untuk menghubungi atau konsultasi dg klinik laktasi. Disana ibu dan ayah mendapatkan masukan secara teknis agar ASI tetap optima.
7. Ibu menyusui mengkonsumsi makanan bergizi.
8. Lakukan perawatan payudara
Massage / pemijatan payudara dan kompres air hangat & air dingin bergantian.

.       Faktor-Faktor Pendukung Keberhasilan Pemberian ASI
1.      Ibu harus yakin bahwa mampu menyusi bayinya
2.      Ibu cukup minum (8-12 gelas/hari)
3.      Ibu dalam keadaan pikiran tenang dan damai
4.            Perhatikan cara meletakkan bayi dan cara meletakan putting pada mulut bayi dengan benar.
5.            Makin sering payu darah dihisap bayi makin banyak produksi susu untuk bayi
6.            Pengertian dan dukunagn keluarga, terutama dari suami sangat penting. (Siregar, 2007). Pemberian ASI ekslusif dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, (www//http:libaty ,usu,ac.id)
B.     Pembahasan
Sebelum membahas hasil penelitian lebih lanjut, terlebih dahulu peneliti penguraikan tentang pelaksanaan penelitian di rumah Bidan Praktek Swasta pada bulan Pebruari – Maret 2008 dimana jumlah responden sebanyak 22 orang.
1.      Faktor Ibu
Dari hasil penelitian faktor ibu mempunyai angka 50 (45,45%). Faktor ibu terdiri dari pengetahuan dan kondisi fisik ibu. Pengetahuan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya usia dan pendidikan.
Berdasarkan hasil penelitian responden yang berusia diatas 23 tahun sebanyak 9 orang (40,90%), sehingga di usia dewasa lebih sulit menyerap suatu pengetahuan dibandingkan dengan usia remaja, jadi ibu yang mempunyai usia lebih muda biasanya lebih mudah untuk mengubah sikap dan tingkah lakunya. Hasil penelitian jumlah responden yang paling banyak adalah berpendidikan SMP yaitu 12 orang (54,54%).
Bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang semakin mudah menerima informasi sehingga semakin banyak pengalaman yang dimiliki, untuk dapat menerima atau menyerap informasi yang didapat lebih mudah bagi yang berpendidikan lebih tinggi (Nursalam, 2001).
Hasil pengamatan atau observasi pada saat penelitian didapatkan dari kondisi fisik ibu yang juga dapat mempengaruhi pemberian ASI secara dini. Dari kondisi fisik ibu diantaranya puting datar atau tenggelam, ibu kelelahan sehabis melahirkan dan ASI belum keluar. Puting datar atau tenggelam dapat diatasi dengan menggunakan pompa puting agar puting menonjol dan dapat di cekap oleh mulut bayi, upaya ini dapat dimulai sejak kehamilan 37 minggu dan biasanya hanya perlu dibantu 5-7 hari (Hulliana Mullyana, 2003).
Di Bidan Praktek Swasta, ibu yang melahirkan mempunyai puting datar maupun menonjol (normal) juga tidak memberikan ASI secara dini, seharusnya para ibu tahu pentingnya ASI dini, sejak kehamilan informasi tentang ASI dan cara merawat puting puting yang datar guna mempersiapkan proses menyusui kelak, untuk itu para ibu harus aktif ke posyandu, puskesmas. Dan untuk petugas kesehatan (Bidan) diharapkan lebih aktif dalam memberikan penyuluhan dan bimbingan tentang ASI dan cara merawat payudara menuju kesuksesan pemberian ASI secara ekslusif.
Pada hari-hari pertama kelahiran, bayi belum memerlukan cairan atau makanan, sehingga belum diperlukan pemberian susu formula ataupun cairan lain. Sebelum ASI keluar ”cukup” (cairan prelactal feeding). Bayi pada 30 menit pertamakelahiran harus di susukan pada ibunya bukan untuk pemberian nutrisi melainkan untuk belajar menyusu atau menghisap puting susu dan juga untuk mempersiapkan ibu untuk mulai memproduksi ASI.
Gerakan reflek menghisap pada bayi baru lahir akan mencapai puncaknya pada waktu 20-30 menit pertama, sehingga apabila terlambat refleks menghisap ini akan berkurang dan tidak akan kuat lagi sampai beberapa jam kemudian. Dalam hal ini pengetahuan ibu perlu ditingkatkan dalam upaya pemberian ASI secara dini.
2.      Faktor Pendukung
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor yang mempengaruhirendahnya pemberian ASI secara dini di Bidan Praktek Swasta adalah faktor pendukung, yaitu sebesar 53 orang (48,18%). Faktor pendukung terdiri dari dukungan keluarga, suami dan peran petugas kesehatan. Ayah (suami) mempunyai peran untuk menentukan kelancaran reflek pengeluaran ASI yang sangat dipengaruhi oleh keadaan emosi atau perasaan ibu. Suami dapat berperan aktif dalam keberhasilan pemberian ASI dengan jalan memberikan dukungan secara emosional.
Peran petugas kesehatan (Bidan) juga sangat mempengaruhi pemberian ASI secara dini, dimana ibu ditolong dalam melahirkan juga sangat menentukan cara pemberian ASI yang baik. Penyuluhan oleh bidan tentang pemberian ASI yang pertama keluar sangat diperlukan karena pengalaman yang ditemukan selama ini, kolostrom biasanya dibuang.
Di Bidan Praktek Swasta, terkadang suami tidak diperbolehkan mendampingi ibu (istri) pada saat persalinan, tetapi sekarang ini suami diharuskan mendampingi ibu (istri) pada saat persalinan, ini diharapkan agar suami memberikan dukungan yang sangat penting bagi ibu mulai persalinan sampai proses menyusui.
Selain itu pengetahuan ibu dan keluarga (suami) tentang ASI perlu ditingkatkan untuk memberikan dukungan agar ibu mempunyai motivasi dan kemauan untuk memberikan ASI secara dini. Apabila pihak keluarga tidak mengetahui tentang ASI, maka tidak akan bisa  memberikan dukungan dan penjelasan untuk segera menyusui bayi setelah dilahirkan .
Selain dukungan dari keluarga, dukungan dari petugas kesehatan (Bidan) juga sangat mempengaruhi pemberian ASI secara dini, terkadang bidan kurang memberikan penjelasan tentang ASI pada ibu post partum, setelah menolong persalinan bayi diberikan kepada ibu begitu saja padahal bidan juga sangat menentukan keberhasilan menyusui dini. Seharusnya bidan membantu, mendampingi dan membimbing ibu post partum dalam proses menyusui, penjelasan yang benar kepada keluarga dan ibu post partum juga sangat menentukan dalam pemberian ASI secara dini
Bagaimana mengetahui bahwa ASI cukup banyak dan cukup mengenyangkan bayi?
·         Kalau bayi melepaskan payudara dengan sendirinya ketika kenyang, berarti dia cukup minum ASI.
·         Kalau bayi kelihatan kenyang setelah minum ASI, berarti dia cukup minum ASI. (Bayi saya bertampang ‘mabok’ kalau kenyang ASI, dan langsung tidur lagi)
·         Kalau bayi cukup banyak berak dan pipis, berarti dia cukup minum ASI.

No comments:

Post a Comment